TEKS SULUH


Senin, 11 Januari 2021

Puisi Kasdi Kelanis di Gembok 2021

 Kasdi Kelanis.


Elegi Merah Putih

negeri ini kadang kering kadang basah, kadang kuyup kadang sayup

bertebaran aneka puspa dan margasatwa

khatulistiwa membelah dengan berkah

lingkaran api sabuk bermagma

bukan bencana tapi rezeki jua

menyuap anak negeri setiap hari

mengirim pasir mengirim abu juga

sebagian besar bersahabat dengan bumi beternak bertani sedikit pegawai negeri

konglomerat satu dua kayanya luar biasa

pedagang biasa saja dan buruh makan

seadanya

negeri khatulistiwa kaya flora dan fauna

negeri para raja yang perkasa

negeri dengan keragaman segala

merah putih selendang untuk melenggang

merah putih ikat kepala untuk ke gelanggang

mimpi bersama sepanjang  gerilya

cita bersama ketika duduk semeja

asa hidup di bangku sekolah, gedung

parlemen atau meja istana

nyanyian penyair bak dzikir

selaksa puisi bak mortir

membombardir atas ketimpangan, ketidakadilan,  sekterian, dan kebengisan

o merah putih berkibarlah dengan berani

tekad tak akan tamat

walau khianat siap mencegat 

kita bangsa bermartabat

negeriku keringlah air mata basahlah doa,

kuyup puja sayup dalam bekerja

cita dan cinta bersama jaya

Bangoan, 23 Oktober 2020, K.Kasdi W.A.


Kasdi Kelanis.


Epitaf 


telah selesai segala andai

telah lerai semua yang hendak dicapai

di sini

ia diam digenggam sang abadi

terserah puisi yang ditinggal

disimpan di almari peradaban

atau dikubur

di samping pusara ini

aku

tlah

mati

Bangoan, 23 Oktober 2020














K.Kasdi W.A. :, Aku berkenalan dengan puisi lewat lomba baca puisi lalu tulis puisi. Pertama membaca puisi di depan juri serta umum tahun 1977, lomba

baca puisi tingkat SMA/SMK tingkat DKI Jakarta. Aku hanya juara 3 dan aku makin senang dengan puisi. Dan lomba baca puisi, terakhir tahun 1984, salah satu jurinya Arswendo Atmowiloto (almarhum)

dan menyabet juara 1 sejabotabek. Mengikuti

lomba tulis puisi dalam rangka Hari Pahlawan, 

hanya Harapan 1, jurinya Sutardji Calzum Bachri dan Sapardi Djoko Damono (almarhum). Aktif mengikuti kegiatan Bengkel Belia Radio ARH, di sini ada Bustami Ayus. Di bengkel ini latihan teater, diskusi, juga ada kursus wartawan. Lalu belajar menulis puisi, esai, pembasan terhadap antologi puisi, novel, naskah drama.  Puisi disiarkan di radio ARH (di kompleks Taman Ismail Marzuki -TIM), Kaki Langit yang

diasuh Arthur John Horoni. Dan tulisan pertama yang dimuat di Koran TERBIT dan hari

yang sama, Sabtu, 15 Januari 1980. Semangat

menulismu terpacu. Lalu setia mengirimkan

tulisanku ke TERBIT dan tahun 1980 ini juga

aku diterima kuliah di IKIP Jakarta, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, lulusan SMEA

Negeri 6 dengan guru bahasa Dra Nurana,  pembimbingku lomba baca puisi yang pertama.

Dari 1980 sampai dengan 1986 aku setia menulis di Lingkar Budaya harian TERBIT,  sesekali di Berita Buana dan Suara Karya.