TEKS SULUH


Senin, 11 Januari 2021

Puisi Muhammad Lefand di gembok 2021

 Muhammad Lefand

  

Burung Terbang Mengejar Perahu


Luka sudah mencemari semesta

Alam riuh mencari para tersangka

Pembakaran hutan

Pembalakan liar

Perburuan hewan

Perusakan di segala penjuru

Membuat burung-burung tidak betah

Tak ada rasa aman

Tak ada rasa nyaman

Ketenteraman hanya kisah

 

Burung terbang pergi ke timur

Mengejar perahu-perahu yang berlayar

Mencari ketenangan

Merasakan tantangan

Membuang ketakutan

Ombak bukan sebuah rasa takut

Badai menjadi selimut

Angin mendetakkan debar

Keberanian hanya milik pelaut

Orang-orang yang melihat burung terbang

 

Burung tak merasa lelah mengejar perahu

Layar berdiri kokoh semangati rasa

Hidup tak cukup saling curiga

Kebohongan awal kerusakan

Ketamakan awal kehancuran

Laut tak pernah memberi restu

Kepada para pengkhianat

Pelaku kerusakan pembuat gaduh

Merusak kepercayaan denyut nadi

Perginya burung sebagai isyarat

Jember, 2020


Kubaca Laut


Kubaca laut di kakimu

Jejak menyerupai perahu

Setiap pergantian jaman

Menjadi penanda ingatan

 

Kubaca laut di tanganmu

Kepal menjelma ombak

Setiap debur kehidupan

Menjadi penanda harapan

 

Kubaca laut di matamu

Kedip menyerupai angin

Setiap belai kerinduan

Menjadi penanda ingatan

 

Kubaca laut di wajahmu

Senyum menjelma pantai

Setiap bisik ketenangan

Menjadi penanda keindahan

 

Kubaca laut di tubuhmu

Semangat menyerupai layar

Setiap badai menyaksikan

Menjadi penanda keteguhan

 


Kubaca laut di hatimu

Cinta menjelma palung

Setiap bentuk kebijaksanaan

Menjadi penanda kedalaman

Jember, 16-6-2020

 

Muhammad Lefand  lahir dari pasangan suami istri Padatun-Munipa di Sumenep Madura pada tanggal 22 Februari 1989 dengan nama Muhammad. Mengenyam pendidikan dasar di SDN Serabarat I, pendidikan menengah di MTs danMA An-Nawari Seratengah Bluto Sumenep, dan pendidikan tinggi di Universitas Islam Jember. Salah satu pendiri dan pegiat Forum Sastra Pendhalungan Jember, pendiri dan pegiat Forum

Sastra Jember, pegiat Forum Sastra Timur Jawa dan Malam Puisi Jember. Sering mengikuti

pertemuan sastra baik tingkat nasional maupun Internasional. Antologi puisi tunggalnya “Satu Kaca Dua Musim”(Pena House: 2014). “Jangan Panggil

Aku Penyair” (Ganding Pustaka: 2015) Revolusi Mental dan Estetika (CV Erzatama: 2015).

“Khotbah Reungan Tak Utuh Jarak dan Jagung” (Pena House: 2016). Kronologi Imaji

(FAM Publishing: 2017). Sakmasek: dari Madura dari Indonesia persembahan untuk Dunia (Sukarno press: 2018). Penyair dan Orang-orang Kecil (FAM Publishing: 2019)