TEKS SULUH


Sabtu, 23 Januari 2021

Puisi Ardhi Ridwansyah di Gembok 2021

 Ardhi Ridwansyah

 

Sajak untuk Mentari

Anakku mentari.

Bapak hari ini menyisir pagi,

Dengan hati tertatih,

Laksana embun,

Yang jatuh dari daun dan terserap,

Tanah nestapa.

Kau terlelap kala sendu,

Mengetuk jiwaku,

Tawamu ingatkan daku pada wajah,

Seterang rembulan, semanis madu,

Rupa yang kudekap erat,

Dalam doa dan rindu.

Anakku mentari,

Tiada lain risalah ibu,

Adalah lentera dalam gua legam nan kejam,

Mencabik raga dengan desis ular,

Yang siap menerkam.

Namun dia tahu bahwa ajal datang dengan gemilang,

Saat tarikan napas lahirkan tangis mentari,

Sedang jasadnya terbujur kaku,

Pandang wajahmu untuk terakhir kali

Anakku mentari,

Bilamana susu buatanku terasa hambar,

Maafkan aku sebab cinta ini tak mampu menantang,

Cintanya padamu; air susunya mengalir,

menyapa dengan kasih,

Belai bibir mungilmu dengan jemari,

Yang halus dan wangi.

Sekian sajak ini untukmu mentari,

Kuharap kau tumbuh sebagai pohon,

Yang kukuh meski derita mengguncang,

Meski namanya kini,

Hanya untuk dikenang.

Jakarta, 12 Desember 2020


Ardhi Ridwansyah


Gejolak dan Kata-kata 


Saat meraba dinding.

Ingar-bingar jemawa dan tawa,

Bikin bulu kuduk merinding.

Derap sepatu berkeliling,

Ruang-ruang hening tampak menjeling.

Ia merangkak lalu tulis sebuah cerita,

Hatinya terasa sempit sebab tema,

Membuat otaknya menjerit.

Ia layu sebelum tumbuh menjadi mawar,

Yang memikat sekaligus melukai kulit.

Kata-kata lekas berjatuhan,

Memagas makna yang rekat di tubuhnya,

Ia menikam diri dengan pena sang penulis,

Yang gairahnya kini tengah kritis.

Merapal mantra malam,

Rima saling bersua pada aksara,

Menari pada secarik kertas lusuh,

Ungkap nuansa kebebasan untuk merindu,

Pada mata yang sayu, lidah nan kelu.

Meneguk kisah masa lalu.

Jakarta, 12 Desember 2020




Ardhi Ridwansyah kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Tulisan esainya dimuat di islami.co. terminalmojok.co, tatkala.co, nyimpang.com, nusantaranews.co, pucukmera.id, ibtimes.id., dan cerano.id. Puisinya “Memoar dari Takisung” dimuat di buku antologi puisi “Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Puisinya juga dimuat di media seperti kawaca.com, catatanpringadi.com, apajake.id, mbludus.com, kamianakpantai.com, literasikalbar, ruangtelisik, sudutkantin.com, cakradunia.co, marewai, Majalah Kuntum, Radar Cirebon, dan Harian Bhirawa. Penulis buku antologi puisi tunggal Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam. Salah satu penyair terpilih dalam “Sayembara Manuskrip Puisi: Siapakah Jakarta”.