Herry Trunajaya
Pantaskah Aku
(Kado Kecil Pernikahan)
Kedua tanganku selalu ingin
menggapai, merangkul hidupmu
Kedua kakiku selalu ingin melangkah,
membawa nasibmu
Kedua mataku selalu ingin memberimu kenyamanan.
Mulutku selalu ingin mengucapkan terima kasih
Lihatlah tawa dan tangis anak-anak kita,
amanah yang dititipkan-Nya
di sela-sela waktu yang terus berlari pasti,
menuju titik nadir
Apakah aku pantas sebagai lelaki dalam kefanaan
Maaf, jika aku tak mampu memberi rona yang
lebih sejuk di rembang senja kebersamaan kita
Balikpapan, 10032020
Herry Trunajaya
Merindumu
Rindu mendesak-desak
kemana aku harus melabuhkannya
kedua mata ini pun menghangat selalu
waktu telah membawa pergi
Tinggallah aku termangu
dalam kehampaan
masih membayang saat anakmu menatap
wajah pucat pasimu
bayangan itu tak pernah pupus di pelupuk mata
karena rindu kami, anak-anakmu tak seperti embun
yang sirna di teri mentari
Rindu kami masih kekal adanya
tak peduli membentur ruang kosong
kami anak-anakmu memang tak bisa lagi
berbakti mengangkat tubuh rentamu
Hari ini, berpuluh tahun sudah
kami mengantar ibu pergi bersama waktu
Seekor camar terbang panik mencari nasibnya
Balikpapan, 25 Agustus 2020
Herry Trunajaya BS, lahir dan menetap di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Menulis sejak remaja, tulisannya berupa cerpen dan puisi dimuat di media seperti, koran Swadesi, Simphoni, Ria Film, Anita Cemerlang (semuanya sudah almarhum). Bukunya berupa kumcer “Gadis Penabur Bunga” dan sejarah perjuangan “Balikpapan 13 November 1945.” Pemenang utama keempat Lomba Puisi Cinta Tabloid Nyata 2008.