Evita Erasari
Air
Ia dibutuhkan
Serupa nafas
Setiap mahluk
Setiap tetumbuhan
Setiap kehidupan
Ia membasahi
Bulir bulir padi
Membesarkan buah buahan
Menjadi rumah bagi para ikan
Menghidupkan peradaban
Lalu bagaimana bila
Jalan tak berpori
Bukit menjadi villa
Sampah menutup muara
Apakah ia tak gelisah ?
Lihatlah, di langit
Titik titik air menggenang
Angin akan segera meminang
Tetumbuhan berdesir
Segala mahluk bersimponi
Berikanlah jalan
Menuju ibu bumi
Jangan sampai ia marah
Dan melahirkan
Amarah
Semarang , 22 September 2020
Evita Erasari
Percakapan Mata dan Kaki
Sepasang mata bercerita kepada kaki
Wahai kaki, lihatlah
Disini aku melihat segalanya
Dengan jarak tak terbatas
Menembus jendela melihat dunia
Di retina mataku tersimpan
Seribu cakrawala
Lalu berkatalah kaki kepada mata
Betul engkau melihat dunia
Tetapi tanpa aku, bisa apa ?
Akulah yang bekerja untukmu
Menggerakkan otot meneteskan keringat
Sedangkan kau ?
Cuma duduk dan melihat
Lalu merahlah wajah mata
Ia melotot marah kepada kaki
Hai kaki
Tidakkah kau bisa lihat
Letakku diatas
Tempatku lebih tinggi darimu
Aku berteman dengan pikiran
Mulutku terjaga wajahku tertata
Tak kalah marah
Sang kaki berteriak sambil menyepak
Justru karena kamu diatas
Tempatmu adalah ego
Dan kesombongan
...
Sementara di tempat tak terlihat
Tuhan bekerja, mencatat
Tanpa berdebat
Semarang , 15 Desember 2020
Evita Erasari , Aktif di teater dan kesenian tradisional kethoprak. Menulis puisi sejak 1998. Beberapa puisinya pernah dimuat di media massa Semarang Selain puisi jg menulis artikel sosial budaya, dan psikologi. Antologi yang pernah diikuti : Tambak Gugat , 13 Perempuan Menanak Sajak, Progo 6, Sampah, Corona , Perempuan Bahari, Gambang Semarang.