TEKS SULUH


Sabtu, 23 Januari 2021

Puisi Agus Mursalin di Gembok 2021

 Agus Mursalin


Khaul Daring Gus Dur


Gus, entah tahu darimana tiba-tiba bibirmu mengatakan kau jadi presiden RI

Kemungkinan yang bagi Komandan Paspampres Istana sekalipun tidak mau menyiapkan latihan penyambutan presiden baru karena meyakini bukan kau yang masuk kesitu

Lalu terrbukti kau dilantik

Beban berat dilemparkan ke punggungmu sebagaimana dulu kroni Abu Jahal melempari tai unta ke punggung Muhammad

Bau busuk dibalik pakaian suci politisi

Carut marut negara sisa kemaruk koruptor

Anak bangsa yang nakal terhadap saudaranya di Aceh, Papua, Kuningan, Bali menyalakan kekacauan

Mereka tak mampu menerimamu demi membenahinya

Lalu para pengusung dalam Poros Tengah meminggirkanmu hingga keluar pagar Istana Presiden

Gus, entah datang darimana jiwa dermawanmu

Hingga semua harta milikmu tak pernah mengendap di laci lemari rumah

Tak peduli para penipu memalsukan ratusan proposal permohonan bantuan keuangan atas nama sosial

Secara pribadi kau berikan harta pada mereka, semuanya

Namun mengejutkan sekali, kau hapus Departemen

Sosial tempat negara mewujudkan sila ke lima Pancasila

Bertahun setelah itu terbukti tindakanmu benar

Bantuan Sosial masa pandemi Covid 19 nampak bagus di kemasannya saja

Isinya dikirim dari Jakarta sampai di Sungailiat, Selayar, Lembata hingga Manokwari sudah menipis

Nyaris habis digerogoti kutu yang berjatuhan dari dasi pejabat Dinas Sosial

Gus, entah kata kunci apa yang kau pakai untuk mencari sumber pengetahuanmu

Karena dunia literasimu tak kenal layar sentuh

Tempat referensi dan bekal instan menjadi ustadz kekinian supaya enteng berteriak lantang di media. Menyerang menjatuhkan membully dan merasa benar sendiri

Mengkudeta Tuhan

Membajak ayat-ayat Nya

Memadamkan neraka dengan menghalalkan darah tetangga, ayah ibu kakak adiknya

Memonopoli surga kemudian memindahkan Nevada, Artemis, Kabukicho dan Patpong ke dalamnya

Gus, entah siapa yang memberitahu hari datang ajalmu

Tiba-tiba dalam perjalanan menuju Jakarta kau minta ziarah ke makam eyangmu tanpa mampir ke rumah

Menurutmu lusa kau akan kembali.

Rabu malam itu kami semua tergagu mendengar kabar kau pulang

Ke Jombang dikawal ketat dalam peti jenazah

Gus, entah bagaimana cara kami menghormatimu

Sebagai Negarawan, Akademisi, Rohaniawan dan entah sebutan apalagi?

Yang pantas kami sandangkan di batu nisanmu

akhirnya hanya bisa kami tulis

"Disini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan"

Murtirejo 18 Desember 2020



Agus Mursalin


Pekik Merdeka Nalika Pandemi Corona


Pitulasane tanggal pira

Deneng plawangan umah sepi gendera

Pager lan gerdu urung disaponi

Paesan gapura taun kepungkur kesingkur

Nang ndi tulisan "Dirgahayu RI"?

Pitulasane tanggal pira

Lha kok durung ana prentah upacara

Murtirejo 17 Agustus 2020

Agus Mursalin, Lahir di Kebumen, bukan di bulan Agustus tahun 1971. Menyukai puisi sejak kelas 4 SD namun baru rajin menulis ketika sudah duduk di bangku SMP meskipun hanya ditulis di buku tulis tanpa pernah diterbitkan, Memasuki  jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 1998. Tahun 2017 bersama beberapa sastrawan asal Kebumen dan Gombong dia menginisiasi berdirinya Lingkar Sastra Gombong (Lisong). Dalam komunitas pecinta sastra yang secara rutin menggelar tantangan menulis puisi berthema tertentu setiap minggunya dan di akhir bulan dipilih karya terbaik untuk dipentaskan inilah hobbi menulis dan membacakan puisinya tersalurkan secara maksimal sehingga dia mendapat julukan "Penyair Theatrikal"' dari kawan-kawannya di Lisong.

Sebagian karyanya tercatat dalam antologi berjudul Anak Cucu Pujangga (2019), Tadarus Ramadhan 1440H (2019) Perjalanan Merdeka (2020) dan Corona (2020) di Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Uhuk (Lisong 2020).