Agus Mursalin
Khaul Daring Gus Dur
Gus, entah tahu darimana tiba-tiba bibirmu mengatakan kau jadi presiden RI
Kemungkinan yang bagi Komandan Paspampres Istana sekalipun tidak mau menyiapkan latihan penyambutan presiden baru karena meyakini bukan kau yang masuk kesitu
Lalu terrbukti kau dilantik
Beban berat dilemparkan ke punggungmu sebagaimana dulu kroni Abu Jahal melempari tai unta ke punggung Muhammad
Bau busuk dibalik pakaian suci politisi
Carut marut negara sisa kemaruk koruptor
Anak bangsa yang nakal terhadap saudaranya di Aceh, Papua, Kuningan, Bali menyalakan kekacauan
Mereka tak mampu menerimamu demi membenahinya
Lalu para pengusung dalam Poros Tengah meminggirkanmu hingga keluar pagar Istana Presiden
Gus, entah datang darimana jiwa dermawanmu
Hingga semua harta milikmu tak pernah mengendap di laci lemari rumah
Tak peduli para penipu memalsukan ratusan proposal permohonan bantuan keuangan atas nama sosial
Secara pribadi kau berikan harta pada mereka, semuanya
Namun mengejutkan sekali, kau hapus Departemen
Sosial tempat negara mewujudkan sila ke lima Pancasila
Bertahun setelah itu terbukti tindakanmu benar
Bantuan Sosial masa pandemi Covid 19 nampak bagus di kemasannya saja
Isinya dikirim dari Jakarta sampai di Sungailiat, Selayar, Lembata hingga Manokwari sudah menipis
Nyaris habis digerogoti kutu yang berjatuhan dari dasi pejabat Dinas Sosial
Gus, entah kata kunci apa yang kau pakai untuk mencari sumber pengetahuanmu
Karena dunia literasimu tak kenal layar sentuh
Tempat referensi dan bekal instan menjadi ustadz kekinian supaya enteng berteriak lantang di media. Menyerang menjatuhkan membully dan merasa benar sendiri
Mengkudeta Tuhan
Membajak ayat-ayat Nya
Memadamkan neraka dengan menghalalkan darah tetangga, ayah ibu kakak adiknya
Memonopoli surga kemudian memindahkan Nevada, Artemis, Kabukicho dan Patpong ke dalamnya
Gus, entah siapa yang memberitahu hari datang ajalmu
Tiba-tiba dalam perjalanan menuju Jakarta kau minta ziarah ke makam eyangmu tanpa mampir ke rumah
Menurutmu lusa kau akan kembali.
Rabu malam itu kami semua tergagu mendengar kabar kau pulang
Ke Jombang dikawal ketat dalam peti jenazah
Gus, entah bagaimana cara kami menghormatimu
Sebagai Negarawan, Akademisi, Rohaniawan dan entah sebutan apalagi?
Yang pantas kami sandangkan di batu nisanmu
akhirnya hanya bisa kami tulis
"Disini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan"
Murtirejo 18 Desember 2020
Agus Mursalin
Pekik Merdeka Nalika Pandemi Corona
Pitulasane tanggal pira
Deneng plawangan umah sepi gendera
Pager lan gerdu urung disaponi
Paesan gapura taun kepungkur kesingkur
Nang ndi tulisan "Dirgahayu RI"?
Pitulasane tanggal pira
Lha kok durung ana prentah upacara
Murtirejo 17 Agustus 2020
Agus Mursalin, Lahir di Kebumen, bukan di bulan Agustus tahun 1971. Menyukai puisi sejak kelas 4 SD namun baru rajin menulis ketika sudah duduk di bangku SMP meskipun hanya ditulis di buku tulis tanpa pernah diterbitkan, Memasuki jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 1998. Tahun 2017 bersama beberapa sastrawan asal Kebumen dan Gombong dia menginisiasi berdirinya Lingkar Sastra Gombong (Lisong). Dalam komunitas pecinta sastra yang secara rutin menggelar tantangan menulis puisi berthema tertentu setiap minggunya dan di akhir bulan dipilih karya terbaik untuk dipentaskan inilah hobbi menulis dan membacakan puisinya tersalurkan secara maksimal sehingga dia mendapat julukan "Penyair Theatrikal"' dari kawan-kawannya di Lisong.
Sebagian karyanya tercatat dalam antologi berjudul Anak Cucu Pujangga (2019), Tadarus Ramadhan 1440H (2019) Perjalanan Merdeka (2020) dan Corona (2020) di Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Uhuk (Lisong 2020).