. I Made Suantha
Dramaturgi: Kupu-kupu yang Mencintai Bulan
/1/
Aku mencitra wajahmu di cermin. Takpernah bulat
Sempurna. Dengan garis muka keriput
Sedingin embun dan mengairi cahaya matahari
Ke bening ruang kaca. Berjeruji
Dan tanpa pengharum ruangan
Kaukah sepucat itu? Bayangan tenggelam
Dalam bersitan sinar. Jerajak teriris di setiap titian
Selalu memberi salam
dengan ucapan kalimat yang tak pernah sempurna!
Lelaki pecinta kupukupu, menanam taman
Di telapak tangannya. Penuh bulan. Bintang
Dan binatang malam :
Ruangan dengan 9 dinding
Setiap sisi ditumbuhi mawar + melati
Dan harum kantil
Serta segelas air putih : Mabuklah!
Aku mencitra wajahmu di telempap tanganku
Cahaya terurai menjadi
Bayangan dan pekat malam
Sekalipun purnama, wajahmu yang sempurna
Tak pernah bulat utuh!
Lelaki pecinta kupukupu, menangkar rembulan
Dengan pukat cinta yang tulus
Menyandramu dengan tirai
Yang tak kasat mata. Menanam rembulan
di gersang tegalan jiwa :
Tumbuhkan madu bungabunga taman
Yang memabukkan!
/2/
Bulan yang jatuh di taman, dikerubungi kupukupu
(Setelah pengeraman seumur hidupnya)
Hingga mekarkan bunga bangkai
-Lakon apa yang akan kau mainkan setelah ini?
“Akan kupenjara kau dalam katakata. Dan beranak
Pinaklah hanya karena aromanya!”
Tak ada jalan pintas untuk sampai ke jiwamu
Aku menunggumu di hatiku.
/3/
Bulan terperangkap dalam sangkar
Dengan sinar selembut kapas temaram
Di lebam lukamu:
“Bungabunga dengan tulus memberi warna
Serupa pelangi saling silang dengan cahaya
Matahari mewarnai langit
Sehabis hujan. Kau, sendiri saja menulis
Katakata cinta yang tua. Katakata suci yang kejam
Menjadi sandi bagi sebuah gembok
Yang mengantarmu
Memasuki ruang sunyiku!”
Lelaki pecinta kupukupu itu menjadi
Jompo dan yatim piatu
Di tbungabunga taman
Bulan yang seuumur hidupnya
Mengelana di lembab cuaca
Terurai ke dalam dingin dan sunyi malam
Kau, masih saja
Menulis katakata khusuk
Yang memuati segenap kesedihanku!
Januari – Juli 2020.
I Made Suantha
Dramaturgi : Bulan Terpasung dalam Cinta Kupu-kupu
/1/
Hilang seperti halimun di telan cahaya pagi
Dan diganti oleh gigil dingin
Bersama tetesan embun yang memuai ading airmatamu
Ke dalam demanku!
Kaupun seperti jalan ading itu melengkung menuju langit
Melayang tanpa tiang pancang
Kaukah rembulan itu menggantung tanpa tergantung
Melayar jauh menempuh
Cintaku yang tulus : “Untuk memahami keabadian
Aku menjelajahi lintasan ini, rangkaian cahaya
Yang paling rahsia menggigilkan demamku!”
Tulis dalam relief ading purbani
Bulan yang terbit dan tenggelam di luas telapak tangan
Hangat memeramku erat-erat.
/2/
Bulan terpasung dalam cinta kupukupu. Mendekan seperti
Kepongpong. Mengelayut dalam hatiku
Dan kupukupu bersayap kelopak mawar
Melelehkan madu di mahkota bunga
Mencair ke dalam airmatamu : “Gambarlah juga burungburung
Terdampar pada pusaran cuaca yang buruk
Dengan sayap yang tak bisa mengambang
Menangkap arah
Yang kacau dalam pandangan !”
Kau yang mencintai kupukupu, menumbuhkan taman
Bunga dalam hidupku. Bulan terpasung
Di temaram sinarnya, menempias sepanjang kampung
Halaman, silaturahmi sanakkadang
Mencatat silsilah.
Yang takpernah adin menyuburkan katakata puisiku!
/3/
Di lubang gembok tak lagi ada kata sandi
Untuk membuka dan menutupmu ading
Dalam detak jantung
Menjadi rahsia hidupku.
/4/
Maka kutulis ading kau dalam puisiku
Tentang rahsia edarmu. Jelajahanmu sepanjang
Gurat tangan. Sepanjang garis halus relief purbani.
Bulang dan kupukupu saling silang menghias taman
:Sebuah kolam dimana ikanikanndan lokan
Membentuk terumbu
Dalam jiwaku.
/5/
Kata sandi dan tanda api
Suluh yang membentuk arah jalan pulang
Dari perkemahan untuk menemu bibit lukuan ading jiwa
Atau sebuah jalan pintas lewat hutan larangan
Jejak yang tercatat di udara
Adalah cara bulan menyisir cakrawala
Rasi bintang yang tergurat di gelap langit
Adalah cara malam
Mempersonakan mimpimu di teram harapan!
Kaukah menabur katakata sandi dalam puisiku
Pengharapan yang pelanpelan untuk mencintai bulan
Dan mencitrakan kupukupu
Di bunga katakataku!
Feb’20 – Juli’20
I Made Suantha, lahir di Sanur, Denpasar, Bali, 24 Juni 1967. Mulai menulis sejak tahun 1984.
puisi-puisinya dimuat di BaliPost. Nusa Tenggara, Karya Bhakti, Suara Karya, Mutiara, Banjarmasin Post, Pelita, Berita Buana dll. Kumpulan puisi tunggal :
PENIUP ANGIN, Pojok Sanur Interprize, 1989
TOGOG YEH, kumpulan puisi Bali, Sanggar Buratwangi, 2002 PASTORAL KUPUKUPU, buku Arti, diterbitkan atas bantuan Widya Pataka, Prov Bali, Agustus 2008. Dan masuk 10 besar KLA ke-9 tahun 2009. LITURGI : PERJALANAN BUNGA ( Ibudah Benda Mati). Sebuah Manuskrip Puisi, 1993 (lihat Blog Penyair Bali) TAMAN SEPASANG KUPUKUPU, sebuah manuskrip Puisi, (dihibahkan ke Lumbung Puisi, sebagai Dokumentasi sastra). Serta beberapa Antologi Puisi Bersama:. PUISI INDONESIA,1987, Forum Puisi Indonesia 1987 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta 1987.
HRAM, puisi bersama tiga Penyair Bali, I Ketut Suwidja, I Nyoman Wirata, Adhy Ryadi, 1988
PERJALANAN, antologi bersama Sanggar Minum Kopi, 1990. SILAHTURAMI KUPUKUPU, kumpulan puisi bersama Sinduputra, 2005 142 Penyair Menuju Bulan, kelompok studi Sastra Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Desember 2006. BIBLIOGRAFI SASTRAWAN BALI, Dinas Kebudayaan Prov Bali,2009. PERCAKAPAN LINGUA FRANCA, antologi puisi Temu Sastrawan Indonesia III/2010. PROKLAMASI LINGKUNGAN, Hikayar Abad Tiba, Aksi Sastra Lingkungan, 2004 JEJAK TAK BERPASAR, komunitas Sastra Indonesia 2025 TONGGAK TEGAK TOLERANSI, Sastra Meretas Perbedaan, MPU X, Kupang NTT, Oktober 2015. TANCEP KAYON, antologi Puisi, Yayasan Lekssika, 2006Negeri Bahari, komunitas Negeri Poci, 2018 SENYUMAN LEMBAH IJRN (2018). Tifa Nusantara – 4. Saron (2018) Cincin Api , antologi puisi, Balai Bahasa Jawa Tengah, 2019. Tutur Batur , 2019. Bandara dan Laba-laba, 2019. Gambang Semarang, puisi Semarangan, 2020. Semesta Jiwa, puisi Rumah Semesta Bali, 2020. Corona, Penyair Indonesia Mencatat Peristiwa Negeri, 2020. Sampah, Lumbung Puisi, 2020.