TEKS SULUH


Senin, 11 Januari 2021

Puisi . I Made Suantha di gembok 2021

 . I Made Suantha


Dramaturgi: Kupu-kupu yang Mencintai Bulan


/1/

Aku mencitra wajahmu di cermin. Takpernah bulat

Sempurna. Dengan garis muka keriput

Sedingin embun dan mengairi cahaya matahari

Ke bening ruang kaca. Berjeruji

Dan tanpa pengharum ruangan

 

Kaukah sepucat itu? Bayangan tenggelam

Dalam bersitan sinar. Jerajak teriris di setiap titian

Selalu memberi salam

dengan ucapan kalimat yang tak pernah sempurna!

 

Lelaki pecinta kupukupu, menanam taman

Di telapak tangannya. Penuh bulan. Bintang

Dan binatang malam :

Ruangan dengan 9 dinding

Setiap sisi ditumbuhi mawar + melati

Dan harum kantil

Serta segelas air putih : Mabuklah!

 

Aku mencitra wajahmu di telempap tanganku

Cahaya terurai menjadi

Bayangan dan pekat malam

Sekalipun purnama, wajahmu yang sempurna

Tak pernah bulat utuh!

 

Lelaki pecinta kupukupu, menangkar rembulan

Dengan pukat cinta yang tulus

Menyandramu dengan tirai

Yang tak kasat mata. Menanam rembulan

di gersang tegalan jiwa :

Tumbuhkan madu bungabunga taman

Yang memabukkan!

/2/

Bulan yang jatuh di taman, dikerubungi kupukupu

(Setelah pengeraman seumur hidupnya)

Hingga mekarkan bunga bangkai

-Lakon apa yang akan kau mainkan setelah ini?

 

“Akan kupenjara kau dalam katakata. Dan beranak

Pinaklah hanya karena aromanya!”

 

Tak ada jalan pintas untuk sampai ke jiwamu

Aku menunggumu di hatiku.

/3/

Bulan terperangkap dalam sangkar

Dengan sinar selembut kapas temaram

Di lebam lukamu:

“Bungabunga dengan tulus memberi warna

  Serupa pelangi saling silang dengan cahaya

  Matahari mewarnai langit

  Sehabis hujan. Kau, sendiri saja menulis

  Katakata cinta yang tua. Katakata suci yang kejam

  Menjadi sandi bagi sebuah gembok

Yang mengantarmu

Memasuki ruang sunyiku!”

 

Lelaki pecinta kupukupu itu menjadi

Jompo dan yatim piatu

Di tbungabunga taman

Bulan yang seuumur hidupnya

Mengelana di lembab cuaca

Terurai ke dalam dingin dan sunyi malam

Kau, masih saja

Menulis katakata khusuk

Yang memuati segenap kesedihanku!

Januari – Juli 2020.


I Made Suantha


Dramaturgi : Bulan Terpasung dalam Cinta Kupu-kupu

/1/

Hilang seperti halimun di telan cahaya pagi

Dan diganti oleh gigil dingin

Bersama tetesan embun yang memuai  ading  airmatamu

Ke dalam demanku!

 

Kaupun seperti jalan  ading itu melengkung menuju langit

Melayang tanpa tiang pancang

Kaukah rembulan itu menggantung tanpa tergantung

Melayar jauh menempuh

Cintaku yang tulus : “Untuk memahami keabadian

Aku menjelajahi lintasan ini, rangkaian cahaya

Yang paling rahsia menggigilkan demamku!”

 

Tulis dalam relief  ading purbani

Bulan yang terbit dan tenggelam di luas telapak tangan

Hangat memeramku erat-erat.

/2/

Bulan terpasung dalam cinta kupukupu. Mendekan seperti

Kepongpong. Mengelayut dalam hatiku

Dan kupukupu bersayap kelopak mawar

Melelehkan madu di mahkota bunga

Mencair ke dalam airmatamu : “Gambarlah juga burungburung

Terdampar pada pusaran cuaca yang buruk

Dengan sayap yang tak bisa mengambang

Menangkap arah

Yang kacau dalam pandangan !”

 

Kau yang mencintai kupukupu, menumbuhkan taman

Bunga dalam hidupku. Bulan terpasung

Di temaram sinarnya, menempias sepanjang kampung

Halaman, silaturahmi sanakkadang

Mencatat silsilah.

Yang takpernah  adin menyuburkan katakata puisiku!

/3/

Di lubang gembok tak lagi ada kata sandi

Untuk membuka dan menutupmu  ading 

Dalam detak jantung

Menjadi rahsia hidupku.

/4/

Maka kutulis  ading  kau dalam puisiku

Tentang rahsia edarmu. Jelajahanmu sepanjang

Gurat tangan. Sepanjang garis halus relief purbani.

Bulang dan kupukupu saling silang menghias taman

:Sebuah kolam dimana ikanikanndan lokan

Membentuk terumbu

Dalam jiwaku.

 

/5/

Kata sandi dan tanda api

Suluh yang membentuk arah jalan pulang

Dari perkemahan untuk menemu bibit lukuan  ading jiwa

Atau sebuah jalan pintas lewat hutan larangan

 

Jejak yang tercatat di udara

Adalah cara bulan menyisir cakrawala

 

Rasi bintang yang tergurat di gelap langit

Adalah cara malam

Mempersonakan mimpimu di teram harapan!

 

Kaukah menabur katakata sandi dalam puisiku

Pengharapan yang pelanpelan untuk mencintai bulan

Dan mencitrakan kupukupu

Di bunga katakataku!

Feb’20 – Juli’20

I Made Suantha, lahir di Sanur, Denpasar, Bali, 24 Juni 1967. Mulai menulis sejak tahun 1984.

puisi-puisinya dimuat di BaliPost. Nusa Tenggara, Karya Bhakti, Suara Karya, Mutiara, Banjarmasin Post, Pelita, Berita Buana dll. Kumpulan puisi tunggal :

PENIUP ANGIN, Pojok Sanur Interprize, 1989

TOGOG YEH, kumpulan puisi Bali, Sanggar Buratwangi, 2002 PASTORAL KUPUKUPU, buku Arti, diterbitkan atas bantuan Widya Pataka, Prov Bali, Agustus 2008. Dan masuk 10 besar KLA ke-9 tahun 2009. LITURGI : PERJALANAN BUNGA ( Ibudah Benda Mati). Sebuah Manuskrip Puisi, 1993 (lihat Blog Penyair Bali) TAMAN SEPASANG KUPUKUPU, sebuah manuskrip Puisi, (dihibahkan ke Lumbung Puisi, sebagai Dokumentasi sastra). Serta beberapa Antologi Puisi Bersama:. PUISI INDONESIA,1987, Forum Puisi Indonesia 1987 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta 1987.

HRAM, puisi bersama tiga Penyair Bali, I Ketut Suwidja, I Nyoman Wirata, Adhy Ryadi, 1988

PERJALANAN, antologi bersama Sanggar Minum Kopi, 1990. SILAHTURAMI KUPUKUPU, kumpulan puisi bersama Sinduputra, 2005 142 Penyair Menuju Bulan, kelompok studi Sastra Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Desember 2006. BIBLIOGRAFI SASTRAWAN BALI, Dinas Kebudayaan Prov Bali,2009. PERCAKAPAN LINGUA FRANCA, antologi puisi Temu Sastrawan Indonesia III/2010. PROKLAMASI LINGKUNGAN, Hikayar Abad Tiba, Aksi Sastra Lingkungan, 2004 JEJAK TAK BERPASAR, komunitas Sastra Indonesia 2025 TONGGAK TEGAK TOLERANSI, Sastra Meretas Perbedaan, MPU X, Kupang NTT, Oktober 2015. TANCEP KAYON, antologi Puisi, Yayasan Lekssika, 2006Negeri Bahari, komunitas Negeri Poci, 2018 SENYUMAN LEMBAH IJRN (2018). Tifa Nusantara – 4. Saron (2018) Cincin Api , antologi puisi, Balai Bahasa Jawa Tengah, 2019. Tutur Batur , 2019. Bandara dan  Laba-laba, 2019. Gambang Semarang, puisi Semarangan, 2020. Semesta Jiwa, puisi Rumah Semesta Bali, 2020. Corona, Penyair Indonesia Mencatat Peristiwa Negeri, 2020. Sampah, Lumbung Puisi, 2020.