TEKS SULUH


Senin, 18 Januari 2021

Puisi .Budi Riyoko di gembok 2021

 .Budi Riyoko


Balada Penyair Tua


Meski  umurku tak muda lagi, mungkin hanya bersisa berapa puluh tahun lagi. Aku juga masih sendiri, tapi tak takut mati. Aku yakin suatu saat nanti setelah tiada badan lagi.

Di dunia ini, mereka akan mengerti. Bahwa puisi itu sangat berarti.dan mereka akan menceritakan untuk anak dan generasi nanti. Mereka akan berkata dengan bangga.

“Nak, dulu ada teman bapak. Dulu, dulu sekali. Ada pemuda penulis puisi. Nasibnya tragis sekali. Puas Dia dicaci. Dimaki. Diisolasi karena karyanya tak berarti.Untuk merubah hidup kaya materi”.

Saat Dia sakit, bapak kunjungi Dia, istirahatkah Dia?”.

Tidak!”. Dia justru bergelut diantara kata-kata dan nyawanya sendiri.

Bapak berusaha menghentikannya. Dia tersenyum dan berkata:”Aku hidup bukan dengan nyawa tapi dengan keinginan meninggalkan karya sastra karena selama ini kata-kataku dianggap mati.

Aku ingin suatu saat negara yang tertidur tiba-tiba rakyatnya berteriak merdeka, sehingga mereka tidak perlu dihadapi dengan senjata.

Lihatlah, betapa banyak hati yang buas  diobati dengan pesan lembut dari kata-kata, luka aksaraku adalah tamu jadi di saat kematianku iringi saja dengan kebanggaan dan menarilah.

Banyuasin 13 September 2020




Grandong Satir Para Koruptor


Di dusunku ada  hantu bernama Grandong, Taring panjang seperti garong. Mata besar dadi Bagong

Sukanya nyolong. Kalau siang tidur  di bambu seperti kalong

Sangat pintar Nyamar Makruf Nyambi Mungkar, Ing Ngarso Numpuk Rondo.Ing Madyo Nguntal Konco, Tut Wuri Golek Rai

Hantu Grandong bicaranya bohong, Sesekali suka kong kaling kong, Anak sedusun hilang diroyong, Ibu-ibu nangis melolong

Datang akuwu  menolong,  Pakai daun lompong, Rumah Grandong diobong

Grandongnya selamat pakai ilmu Ngerong, Mungkin dia turunan Nyi Blorong

Banyuasin 13 September 2020






Budi Riyoko, adalah penyair yang tinggal di Banyuasin. . Namanya dicatat di Lumbung Puisi sastrawan Indonesia dalam beberapa antologi Bersama nasional.