.Budi Riyoko
Balada Penyair Tua
Meski umurku tak muda lagi, mungkin hanya bersisa berapa puluh tahun lagi. Aku juga masih sendiri, tapi tak takut mati. Aku yakin suatu saat nanti setelah tiada badan lagi.
Di dunia ini, mereka akan mengerti. Bahwa puisi itu sangat berarti.dan mereka akan menceritakan untuk anak dan generasi nanti. Mereka akan berkata dengan bangga.
“Nak, dulu ada teman bapak. Dulu, dulu sekali. Ada pemuda penulis puisi. Nasibnya tragis sekali. Puas Dia dicaci. Dimaki. Diisolasi karena karyanya tak berarti.Untuk merubah hidup kaya materi”.
Saat Dia sakit, bapak kunjungi Dia, istirahatkah Dia?”.
Tidak!”. Dia justru bergelut diantara kata-kata dan nyawanya sendiri.
Bapak berusaha menghentikannya. Dia tersenyum dan berkata:”Aku hidup bukan dengan nyawa tapi dengan keinginan meninggalkan karya sastra karena selama ini kata-kataku dianggap mati.
Aku ingin suatu saat negara yang tertidur tiba-tiba rakyatnya berteriak merdeka, sehingga mereka tidak perlu dihadapi dengan senjata.
Lihatlah, betapa banyak hati yang buas diobati dengan pesan lembut dari kata-kata, luka aksaraku adalah tamu jadi di saat kematianku iringi saja dengan kebanggaan dan menarilah.
Banyuasin 13 September 2020
Grandong Satir Para Koruptor
Di dusunku ada hantu bernama Grandong, Taring panjang seperti garong. Mata besar dadi Bagong
Sukanya nyolong. Kalau siang tidur di bambu seperti kalong
Sangat pintar Nyamar Makruf Nyambi Mungkar, Ing Ngarso Numpuk Rondo.Ing Madyo Nguntal Konco, Tut Wuri Golek Rai
Hantu Grandong bicaranya bohong, Sesekali suka kong kaling kong, Anak sedusun hilang diroyong, Ibu-ibu nangis melolong
Datang akuwu menolong, Pakai daun lompong, Rumah Grandong diobong
Grandongnya selamat pakai ilmu Ngerong, Mungkin dia turunan Nyi Blorong
Banyuasin 13 September 2020
Budi Riyoko, adalah penyair yang tinggal di Banyuasin. . Namanya dicatat di Lumbung Puisi sastrawan Indonesia dalam beberapa antologi Bersama nasional.