TEKS SULUH


Senin, 11 Januari 2021

Puisi Marthen Luther Reasoa di gembok 2021

 Marthen Luther Reasoa


Purnama Tetaplah Asdap Panas 


Jika hutan Riau yang begitu hijau kau rubah menjadi debu hanya karena kepentingan isi saku

Dan kepada kota yang bahagia kau kirimkan asap tebal untuk menyumbat napas anak cucu

Maka, pohon-pohon adalah tangisan yang sengaja dibunuh agar perutmu kenyang, buncit lalu meledak; bangsat


 Jika sungai-sungai Riau kering, tinggal batu-batu, dan pantai tidak lagi payau

Maka dimanakah air segar untuk menyejukan badan nelayan yang karam juga anyir itu?

Sungguh pipi setiap isteri akan menjadi dingin dan dalam kamar pun jadi dingin; kasihan


 Kita kehilangan kemesraan, hilang ingatan

Bagaimana cara menanam bibit di atas kesuburan tubuh

Sebab hanya dari hulu yang murni petani membanjiri ladang juga sawah hingga mandi panen

Kemudian tidur di bawah kesuburan pohon tanpa takut terbakar

Demikian kita merawat keperawanan hutan yang adalah cinta


 Sementara langit hanya memandangi kebodohan manusia

Ia tetap sabar hingga air matanya kering dibakar kejahatan

Maka pada kemarau yang bajingan ini, keringat yang jatuh dari dagu adalah hujan berkat

Masuk ke tanah kemudian menyuburkan perasaan manusia hingga mekarlah purnama; malam tetaplah asap panas

Ambon, 05 September 2019


Marthen Luther Reasoa , Karya-karya pernah dimuat di koran Harian Mimbar Rakyat, dimusikalisasikan dan dicakan, juga dimuat di beberapa antologi puisi, seperti Antologi Puisi Biarkan Katong Bakalae (2013), Antologi Puisi Rasa Sejati (2017), Antologi Puisi Kita Dijajah Lagi (2017), Antologi Puisi A Skyful Of Rain (2018), Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival (2019), Antologi Puisi bersama Sapardi Djoko Damono dan Para Penulis Terpilih Indonesia - Menenun Rinai Hujan (2019). Tinggal di Kota Ambon , Maluku.