Arnita
Jalan Menuju-Mu
Kutemui banyak hal perjalanan menujuMU
Di antara wajah wajah cemas penuh dengan ketakutan
Mata nanar memandang sayup menangisi tanah kering kerontang
Kusaksikan mata keadilan yang mulai tertutup
Semua nampak gelap hingga salah dan benar terasa sama
Pada jalan menujuMU tulang tulang berserakan dan berakhir menjadi abu
Darah sebagai penghilang haus kerakusan
Lalu hukum rimba mulai berlaku siapa kuat dia yang berkuasa
Peradaban begitu melesat memecah tali persaudaraan demi kekuasaan
Anak kecil kehilangan ibunya
Para petani yang tak lagi mencangkul karena sawah sawah telah tergadaikan
Pada perjalanan menujuMU, ada ribuan kepala yang isinya hanya seonggok daging kerdil
Dan bangkai bangkai yang masih hidup
Tragis!.
Tarumajaya 2020.
Arnita
Kebebasan Para Penyair
Ketika senjata menembus ujung jantung
Maka kematian bukanlah berdarah-darah
Kata-kata menjadi simbol pengharapan
Terpekur dalam menikmati sepi
Meski berjuta orang bicara nyaring
Para penyair bebas melawan arah
Menjulang cakrawala dengan mantra mantra
Penyair paling pandai sembunyi dari kesakitan
Maka gelak tawa digelar di bawah ranumnya mata berkaca
Puisi adalah ruhnya
Yang akan kekal berabad abad
Zaman berganti, gelombang hidup terus menghantam
Tetapi mimpi seorang penyair tetap tangguh
Kesepian kerap menjadi urat yang melingkari tulang belulang
Mengaliri denyut nadi
Menyeruak pada ceruk ceruk rongga tenggorokan
Penyair masih mampu berjalan dengan sepotong hati
Karena kata adalah cara penyampaikan pesan kepada dunia
Namun hidup tidak selalu berkutat pada puisi
Ada yang harus kita tata kembali melalui ribuan doa yang terpanjat
Untuk menuju jalan pulang.
Tarumajaya2020.
Arnita lahir di bandung 15 juli 1982, perempuan yang mulai suka menulis sejak SMP dan fokus menerbitkan buku dari tahun 2009, sudah tergabung di beberapa antologi puisi selain menulis juga aktiv mengikuti kegiatan sastra dan masuk komunitas sastra di bandung.