Istikomah
Angin Malam Membunuhnya
Malamku mengulum puisi
burung hantu buta berdialog pada gelap
tentang pembangunan kota cahaya
yang menggusur kubur nenek moyang
Sekonyong-konyong
Serombongan ulat merapat
Di pohon yang lebat
Ketika malam memekat
Lalu ulat-ulat melumat
daun hijau yang melekat
Hingga pohon sekarat
Melumat sampai perut membulat
Tak peduli daun-daun milik rakyat
Dari puncak pohon
Burung hantu membisik pada gelap
Kota-kota terlalu sibuk menanam lampu
Lalu rembulan pecah dan hanyut di sungai
Laki-laki dan perempuan duduk di taman
Ngopi dan makan camilan di antara
Pengemis yang tertidur di tempat gelap sisi taman
Angin malam membunuhnya
Magelang, 2020
Menjelma Kurawa
Makanan yang tersaji dari rumah yang tinggi
Mendadak basi di pagi yang nyeri
Baju-baju dalam almari besi
mendadak ikut basi
kisah pagi ini: sepasang perut lapar terbunuh mimpi
dunia begitu perih bagi bagi perut yang terluka
berita bunuh diri semakin melonjak
tak kuat menahan luka yang mencabik perut
Keadilan tak bisa hentikan rasa lapar
Karena keadilan juga lapar,
bila lapar, ia akan memangsa hidup-hidup
perutmu yang terluka
memangsa mata yang buta
dan menjelma kurawa
Magelang, 2020
Istikomah, alias Iesti KM, lahir dan besar di Tanjung Karang, Bandar Lampung, pada tanggal 24 april 1973; tinggal di Magelang. Menulis puisi sejak SMA,
Pernah menerbitkan antologi bersama penyair Lampung, Daun-Daun Jatuh Tunas-Tunas Tumbuh (1994), antologi bersama penyair Sumatera Jawa dan Bali, Dari Bumi Lada (1996), antologi bersama penyair Lampung Festival Januari (1997), Antologi bersama guru dari seluruh Indonesia Sebelum Hilang Waktu(2020), Antologi bersama guru dari seluruh Indonesia atas prakarsa Dermaga Seni Buleleng, pemerintah daerah provinsi Bali berjudul Suara Hati Guru di Masa Pandemi Covid-19 (2020).