TEKS SULUH


Senin, 11 Januari 2021

Puisi Istikomah di gembok 2021

 Istikomah 


Angin Malam Membunuhnya


Malamku mengulum puisi

burung hantu buta berdialog pada gelap

tentang pembangunan kota cahaya

yang menggusur kubur nenek moyang


Sekonyong-konyong

Serombongan ulat merapat

Di pohon yang lebat

Ketika malam memekat

Lalu ulat-ulat melumat

daun hijau yang melekat

Hingga pohon sekarat

Melumat sampai perut membulat

Tak peduli daun-daun milik rakyat


 Dari puncak pohon

Burung hantu membisik pada gelap

Kota-kota terlalu sibuk menanam lampu

Lalu rembulan pecah dan hanyut di sungai


Laki-laki dan perempuan duduk di taman 

Ngopi dan makan camilan di antara

Pengemis yang tertidur di tempat gelap sisi taman

Angin malam membunuhnya

Magelang, 2020





Menjelma Kurawa


Makanan yang tersaji dari rumah yang tinggi

Mendadak basi di pagi yang nyeri

Baju-baju dalam almari besi

mendadak ikut basi

kisah pagi ini: sepasang perut lapar terbunuh mimpi


 dunia begitu perih bagi bagi perut yang terluka

berita bunuh diri semakin melonjak

tak kuat menahan luka yang mencabik perut


Keadilan tak bisa hentikan rasa lapar

Karena keadilan juga lapar,

bila lapar, ia akan memangsa hidup-hidup

perutmu yang terluka

memangsa mata yang buta

dan menjelma kurawa

Magelang, 2020


Istikomah, alias Iesti KM, lahir dan besar di Tanjung Karang, Bandar Lampung, pada tanggal 24 april 1973; tinggal di Magelang. Menulis puisi sejak SMA,

Pernah menerbitkan antologi bersama penyair Lampung, Daun-Daun Jatuh Tunas-Tunas Tumbuh (1994), antologi bersama penyair Sumatera Jawa dan Bali, Dari Bumi Lada (1996), antologi bersama penyair Lampung Festival Januari (1997), Antologi bersama guru dari seluruh Indonesia Sebelum Hilang Waktu(2020), Antologi bersama guru dari seluruh Indonesia atas prakarsa Dermaga Seni Buleleng, pemerintah daerah provinsi Bali berjudul Suara Hati Guru di Masa Pandemi Covid-19 (2020).