TEKS SULUH


Jumat, 22 Januari 2021

Puisi Asro Al Murthawy di gembok 2021

 Asro Al Murthawy 


Sajak Untuk Sang Yatim yang Tak Pernah Bisa Kutulis


: Muhammad

Mungkin kaulah sajak yang tak pernah bisa kutulis

Sebersit wujud gaib terus meruang di dadaku

Sayup memanggil dari tahun nun

tapi tak dingin yang membuatku gigil

sehembus nafas meremangkan pori

sehangat kecup kekasih penuntas rindu

Mungkin kaulah puisi yang tak pernah bisa kubumbun

Sebentuk wajah samar menjelajah palung jiwa

Selintas kudengar uluk salam dari balik mim

Tapi tak takut yang membuatku gemetar

seserpih harum membelai bulu hidung

sehangat dekap kekasih perisai dingin.

Lihat, hari ini semesta membahanakan dzikir

dalam tiap sebentar kutuliskan bait sajakku

kau tak secuma sejarah

tapi risalah yang terus meruang mengangkasa

meruang di rerongga setiap sel darah merahku

Imaji -1438 H


Asro Al Murthawy 


Batu Nisan Bapak


Kusenandungkan kidung

serupa lebah berdengung

tak ada bunga tabur

sepucuk doa membungkus tanah membujur

tak ada dupa

tapi harum bau rindu terus mengepul

di reranting pohon-pohon makam

maghrib melambai ingatan

gerimis menjerat kenang

pada nisan masih saja dapat aku baca

gurat kukuh wajah bapak

akrab erat memeluk takdir

sepanjang jejak tapak di tanah

yang kini mesra menimbun jasadmu.

Kuamang, Imaji-1441H


Asro al Murthawy. Lahir Temanggung, pada tanggal 6 November. Adalah Ketua Umum Dewan Kesenian Merangin dan Anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jambi. Karya-karyanya terhimpun dalam Syahadat Senggama (k.puisi, 2017) Equabilibrium Retak (2007), Lagu Bocah Kubu (puisi, tanpa tahun), Kunun Kuda Lumping (k.Cerpen, 2016) dan berbagai antologi bersama sastrawan Indonesia lainnya. Karyanya yang lain: Pangeran Sutan Galumat (2017), Pengedum Si Anak Rimba (2018), Mengenal Lima Sastrawan Jambi (2018), Katan dan Jubah Sang Raja Hutan (2019) Bujang Peniduk (2019) dan Ujung Tanjung Muara Masumai (2019) diterbitkan oleh Kantor Bahasa Jambi sebagai Pemenang Sayembara.. Hadir dalam Temu Sastra Indonesia I (2008), Pertemuan Penyair Nusantara VI (2012) Jambi, MUNSI II (2017) Jakarta, Pertemuan Penyair Asia Tenggara (2018) Padang Panjang,dan Borobudur Writter And Cultural Festival (BWCF) (2019)