Marlin Dinamikanto
Pahit yang Pekat
biarkan aku singgah
di bibir malam yang basah
saat letih memutih
kabut menyekat dekat
pahit yang pekat
jarak pandang ke masa lalu
tak pernah menjadi pedoman
hidup yang terus berjalan
tak pernah membiarkan
angan berkelana
ke ujung pikiran
bibir malam yang lembab
selalu datang
di altar pengorbanan
membawakan balada kemenangan
yang bukan milikku
biarkan aku tetirah
sejenak menikmati gairah
kopi pahit yang pekat
agar selalu ingat
aku hanya kutu yang tersesat
di kumpulan rayap
Bogor, 18 Agustus 2020
Marlin Dinamikanto
Aja Mung Lamis
“aku iki prasasat lara tan antuk jampi,” ujar mbak Waljinah. Menerawang hati yang keruh. Pikiran suwung. Hilang hasrat bertarung
Tapi aku emoh bersikap ndremis kepada gerimis yang terlihat lamis
Aku tahu kau manis weton Setu legi dan aku Minggu pahing. Jalan beriring. Tapi aku tak mau dipaksa bangun pagi. Menjalani hidup yang garing
“mbok aja mung lamis,” pintaku - menirukan mbak Waljinah . Melihatmu tersenyum beku di kaca jendela pesawat . Seperti pramugari di musim pandemi. Tidak tulus dari hati
“mbok aja mung lamis mis,” bentakku menirukan cengkok mbak Waljinah. Kepadamu yang selalu tersenyum. Padahal hati sedang mbecucu. Sama sekali tidak lucu
Bogor, 12 Desember 2020
Marlin Dinamikanto, penyair dan seniman panggung. Menulis di banyak antologi Bersama nasional. Namanya tercatat di Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, tinggal di Jakarta.