Aditya Mahdi Farsya
Mimpi Siang
Mengejar bintang di siang hari
Akar dan batang menari, menertawakan tragedi
Momen berharga yang tidak bisa dibeli
Hilang tertelan bumi dan matahari
Manusia tertunduk, berfokus pada mesin kecil
Kakinya terpelatuk, tersandung kerikil
Raga, jiwa, dan otaknya terpisah
Sembari mempertahankan identitasnya yang sudah salah
Menyiram kepalanya dengan api yang basah
Lalu meminum air yang membakar amarah
Setelah berbicara dengan gayung
Ia tertidur tepat dibawah payung
Ia terbangun, sadar hidupnya dimiskinkan uang
ia tertegun, ia makan, membuang daging dan memakan tulang
pergi keluar, mengacuhkan manusia, berteman dengan mesin
tersadar, matanya menutup, dilekatkan dengan resin
Depok, 29 Agustus 2020
Aditya Mahdi Farsya
Mimpi Malam
Gelap
Tanpa gemerlap
Ia mencoba mengendap
Namun tak bisa menetap
Tak ada suara kuda berderap
Terjebak sementara di dalam ruangan pengap
Mendengar banyak suara didalam walau diluar senyap
Mencari arti sebuah eksistensi
Namun hilang
Setelah tidak memiliki dan tidak dimiliki
Tak bermakna dan tak berarti
Tersisa satu pilihan
Yakni mati
Cintanya terlalu dalam
Bahkan tidak bisa dipisahkan oleh kematian
Masih mencintainya walau telah tiada
Cintanya terlalu nyata untuk dunia yang fana
Melihat keatas
Gelap dan dingin
Berharap tak pernah dilahirkan
Dan terbang diatas bersama para ruh manusia
Malam terlalu sedikit untuk cerita yang panjang
Namun setidaknya ini hanya mimpi yang wajar
Tetap berjalan, lupa caranya terbang
Mengejar mimpi yang tak terkejar
Depok, 29 Agustus 2020
Aditya Mahdi Farsya/ Aditya Majong
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1998
Hobi : Menulis, Membaca, Fotografi, Domisili : Kota Depok, Telah menyukai kesusastraan sejak sd di tahun 2005, dan mulai menulis puisi sejak smp tahun 2011, namun baru aktif saat kuliah karena pekerjaan dan kuliah itu sendiri di tahun 2017. Motif menulis hanya ingin menyuarakan hal hal yang tak biasa disuarakan dan jarang menjadi sorotan. Selain dari para sastrawan, juga mendapat inspirasi dari musik, terutama musik Hip-Hop. Sudah menulis Antologi Corona sekaligus menjadi Antologi pertama yang diikuti, dan Antologi Tadarus Ramadhan dan Antologi sampah 2020.