TEKS SULUH


Sabtu, 23 Januari 2021

Puisi Aditya Mahdi Farsya di Gembok 2021

 Aditya Mahdi Farsya


Mimpi Siang 


Mengejar bintang di siang hari

Akar dan batang menari, menertawakan tragedi

Momen berharga yang tidak bisa dibeli

Hilang tertelan bumi dan matahari

 

Manusia tertunduk, berfokus pada mesin kecil

Kakinya terpelatuk, tersandung kerikil

Raga, jiwa, dan otaknya terpisah

Sembari mempertahankan identitasnya yang sudah salah

 

Menyiram kepalanya dengan api yang basah

Lalu meminum air yang membakar amarah

Setelah berbicara dengan gayung

Ia tertidur tepat dibawah payung

 

Ia terbangun, sadar hidupnya dimiskinkan uang

ia tertegun, ia makan, membuang daging dan memakan tulang

pergi keluar, mengacuhkan manusia, berteman dengan mesin

tersadar, matanya menutup, dilekatkan dengan resin

Depok, 29 Agustus 2020








Aditya Mahdi Farsya


Mimpi Malam 

Gelap

Tanpa gemerlap

Ia mencoba mengendap

Namun tak bisa menetap

Tak ada suara kuda berderap

Terjebak sementara di dalam ruangan pengap

Mendengar banyak suara didalam walau diluar senyap

 

Mencari arti sebuah eksistensi

Namun hilang

Setelah tidak memiliki dan tidak dimiliki

Tak bermakna dan tak berarti

Tersisa satu pilihan

Yakni mati

 

Cintanya terlalu dalam

Bahkan tidak bisa dipisahkan oleh kematian

Masih mencintainya walau telah tiada

Cintanya terlalu nyata untuk dunia yang fana

 

Melihat keatas

Gelap dan dingin

Berharap tak pernah dilahirkan

Dan terbang diatas bersama para ruh manusia

 

Malam terlalu sedikit untuk cerita yang panjang

Namun setidaknya ini hanya mimpi yang wajar

Tetap berjalan, lupa caranya terbang

Mengejar mimpi yang tak terkejar

Depok, 29 Agustus 2020

Aditya Mahdi Farsya/ Aditya Majong

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1998

Hobi : Menulis, Membaca, Fotografi, Domisili : Kota Depok, Telah menyukai kesusastraan sejak sd di tahun 2005, dan mulai menulis puisi sejak smp tahun 2011, namun baru aktif saat kuliah karena pekerjaan dan kuliah itu sendiri di tahun 2017. Motif menulis hanya ingin menyuarakan hal hal yang tak biasa disuarakan dan jarang menjadi sorotan. Selain dari para sastrawan, juga mendapat inspirasi dari musik, terutama musik Hip-Hop. Sudah menulis Antologi Corona sekaligus menjadi Antologi pertama yang diikuti, dan Antologi Tadarus Ramadhan dan Antologi sampah 2020.