Lebe Penyair
Mereguk Rasa Beragama
Qur’an rangkuman Maha Cahaya
Dibaca ulang lisan bercahaya
Dikaji keras nalar bercahaya
Diamalkan semampuku hidup bercahaya
Mendekat Nabi Suci Muhammad
Dengan simak derita perjuangannya
Aku pun sama rasai sakit juga
Sesama umat saling iri
Yang berwajah dua lancarkan benci
Yang ingkar adakan pembunuhan karakter
Iblis sekutunya gemar gencar menyesatkan
Hawa nafsu mengusik-usik diri jauhi Ilahi.
Selama rasa beragamaku muaikan pikir
Mencari sebab munculkan ilmu
Merancang keindahan hasilkan seni
Menguak nilai terbitkan etika
Oh
Ternyata.
Pada masa lalu agama tersimpan
Kunci masa depan dunia !
Brebes, 22 Oktober 2019
Lebe Penyair
Dalam Mengarak Puisi
Petuah tak bisa dihindari
Tanya nyali ajukan beda
Selami realitas dibalik realitas
Munajat Gusti.
Aku jadi peduli.
Cumbui tambatan hati.
Lebih perih perjalanan penyair
Lebih mencekam dari senyap pemakaman
Serasa incaran tikaman demi tikaman
Kini kata tertentu. Satu. Satu
Ditentukan, ditaklukan, dipadukan
untuk gelegar dinyalakan.
Imaji liar iringi kelahiran puisi
Racikan unik hiasi wajah puisi
Kidung sakti warnai keabadian puisi
Kegilaan mengarak sejumlah puisi
Sebuah persembahan digempita globalisasi
: dari diri ini !
Salemba, 19 Oktober 2019
Agus Tarjono, Lahir di Brebes, 17 Agustus 1968. Pentasbihan berpuisi oleh WS. Rendra, Acep Zamzam Noor dan Sosiawan Leak, secara kronologis bulan Juni 2005 hingga bulan Maret 2008.
Prestasi intelektualitas di tempuh pada Fakultas Hukum di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon. Prasasti kepenyairannya termaktub dalam antologi ; Temu Penyair Antar Kota Pendhopo 5 TBJT Solo (2008) Dorum Keluarga SJK Sajak-sajak Religi (2009), Antologi Sajak Penyair ASEAN 3 Tahun 2020 (DEMA IAIN Purwokerto, 2020) dan Antologi Puisi Sampah Puisi Penyair Indonesia (Media Pustaka 2020). Kini tengajh meretas Forum Aksi Penyair Indonesia (FAPI).