TEKS SULUH


Senin, 11 Januari 2021

Puisi Lebe Penyair di gembok 2021

 Lebe Penyair 

 

Mereguk Rasa Beragama

 

Qur’an rangkuman Maha Cahaya

Dibaca ulang lisan bercahaya

Dikaji keras nalar bercahaya

Diamalkan semampuku hidup bercahaya

 

Mendekat Nabi Suci Muhammad

Dengan simak derita perjuangannya

Aku pun sama rasai sakit juga

Sesama umat saling iri

Yang berwajah dua lancarkan benci

Yang ingkar adakan pembunuhan karakter

Iblis sekutunya gemar gencar menyesatkan

Hawa nafsu mengusik-usik diri jauhi Ilahi.

 

Selama rasa beragamaku muaikan pikir

Mencari sebab munculkan ilmu

Merancang keindahan hasilkan seni

Menguak nilai terbitkan etika

 

Oh

Ternyata.

Pada masa lalu agama tersimpan

Kunci masa depan dunia !

 

Brebes, 22 Oktober 2019

 




Lebe Penyair 


Dalam Mengarak Puisi 

 

Petuah tak bisa dihindari

Tanya nyali ajukan beda

Selami realitas dibalik realitas

Munajat Gusti.

Aku jadi peduli.

Cumbui tambatan hati.

Lebih perih perjalanan penyair

Lebih mencekam dari senyap pemakaman

Serasa incaran tikaman demi tikaman

Kini kata tertentu. Satu. Satu

Ditentukan, ditaklukan, dipadukan

untuk gelegar dinyalakan.

Imaji liar iringi kelahiran puisi

Racikan unik hiasi wajah puisi

Kidung sakti warnai keabadian puisi

Kegilaan mengarak sejumlah puisi

Sebuah persembahan digempita globalisasi

: dari diri ini !

Salemba, 19 Oktober 2019











Agus Tarjono, Lahir di Brebes, 17 Agustus 1968. Pentasbihan berpuisi oleh WS. Rendra, Acep Zamzam Noor dan Sosiawan Leak, secara kronologis bulan Juni 2005 hingga bulan Maret 2008.

Prestasi intelektualitas di tempuh pada Fakultas Hukum di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon. Prasasti kepenyairannya termaktub dalam antologi ; Temu Penyair Antar Kota Pendhopo 5 TBJT Solo (2008) Dorum Keluarga SJK Sajak-sajak Religi (2009), Antologi Sajak Penyair ASEAN 3 Tahun 2020 (DEMA IAIN Purwokerto, 2020) dan Antologi Puisi Sampah Puisi Penyair Indonesia (Media Pustaka 2020). Kini tengajh meretas Forum Aksi Penyair Indonesia (FAPI).