Dyah Nkusuma
Ini Tanah Merdeka
Jiwa-jiwa terlalu merdeka
Bablas ngomong apa saja
Tak berbatas norma, kendali rasa
Giliran pertanggungjawaban
Melongo tak bersuara
Diam atau gagap terbata-bata
Ini tanah merdeka
Lanting-lanting kumuh di bantaran sungai
Memandang pasrah tongkang melaju
Membawa puya dan pasir swarsa
Melenggang ke negeri seberang sana
Tertinggal liang-liang, tanah berongga
Ini tanah merdeka
Meramban rotan liar tak lagi bisa
Tersulap sawit-sawit merajalelela
Jadi abdi saja bagi investor negeri seberang sana
Empunya tanah buruh petik buah saja
Atau tenaga lepas penyiang gulma
Ini tanah merdeka
Duhai putra-putri pertiwinya
Ke negeri seberang sana jadi hamba sahaya
Gagah pemudanya jadi kelasi, dijual si tamak pikirkan kaya sendiri
Peras keringat, di kapal-kapal asing pengeruk
ikan kita sendiri
Di pijakan berdirinya, menghamba kepada pendatang yang meraja
Ini tanah merdeka
Bisa- bisanya cuma bisa memandang saja
Salah apa bunda mengandung, salah kah pula nasib di badan?
Atau sebenarnyalah di ranah merdeka ini, jiwa-jiwa terkungkung rapi?
Betapa ironi, Manalah macan Asia?
Manalah kisah sriwijaya, manalah risalah Gajahmada
Ini ranah merdeka
Manalah Indonesia raya
Manalah Indonesia jaya
Manalah tanah merdeka
Sampit, 16082020
* Lanting adalah, rumah terapung di tepian sungai, tanpa pasak, hanya ditambat pakai tali di tiang pancang.
Dyah Nkusuma
Berkata ranting Kering
Usai sudah
Daun daun telah luruh runtuh
Bunga bunga berlalu lumayan lama
Buah ranum rasa manis sisakan senyum
Telah tercapai tujuan penciptaan
Pasrah di akhir kisah
Terpetik bocah buat bilah bermain?
Bila lengah tinggalkan luka dan tangis
Atau gelak tawa ramainya canda
Terpungut pemuda lugu repek klehik kayu?
Bahan bakar tungku mak bermasak
Menyisa abu pembersih tiada busa
Atau jatuh tergeletak percuma?
Tak apa, membusuklah aku menjelma hara
Sampit, 14082020
*repek: mencari kayu bakar
klethik: ranting kayu kering
Dyan Nkusuma, terlahir di Wonosobo, 17 Mei 1975, dengan nama Dyah Nur Kusumawati.
Menulis dan baca puisi adalah kegemaran semenjak kanak-kanak.
Menulis di laman gawai semenjak Oktober 2019.
Tiga antologi bersama: Love in Sping,
Kreasi 23442 dan Kata Kita.
Satu Antologi tunggal Sesungai Haiku,
Bunga Mentaya dan lima antologi bersama dalam proses.