Hendra Sukmawan
Mimpi yang Terkunci
dan bila hari esok berhenti, akankah mimpi juga
ikut terkunci?
sekeping hidup
nyanyi sunyi
lalu di depan pintu kau tertegun
menatap kehampaan
ya, benih yang kau tabur di lahan kosong itu
adalah jiwa dari mimpi
: mengakar hingga celah bumi paling dalam
kepada matahari, air, dan angin
kau bertaruh nasib
meski waktu adalah putaran misteri yang tak kenal musim
sajak ini, masih kubaca
sebab denyut nadimu tertingal di sana
sagigireun bilatungan, bakal panggih jeung balitungan
setelah hari esok, kita pasti berjumpa
Garut, 2 September 2020
Hendra Sukmawan
Asa
dan teruslah berjalan
juga ketika malam menampakan kelam
hidup begitu aneh
apalagi semak kian kering di tengah musim
jangan, jangan menangis
apalagi mengemis!
kepada senja, masih kita bersandar
jika esok tak berubah
bagaimana hari ini berbuah?
dan di halaman rumah ini
yang sempat ditanami Bakung dan Cempaka
yang masih diyakini sebagai isyarat dan lambang
yang sempat mengobarkan dendam
yang masih diyakini sebagai bahan mentah perjuangan
dan apalagi yang harus disesali
jika waktu masih tetap berjalan?
Garut, 3 September 2020
Hendra Sukmawan. Lahir di Garut, Jawa Barat. Sempat kuliah di Institue of Arabic and Islamic studies Al-Imarat Bandung. Lulus di STAI Sabili Bandung Tahun 2012. Pendiri dan Pembina KTT (Komunitas Teater Tandatanya) juga Inisiator bedirinya Rumah Budaya Sunda Galuh Pakuan. Aktif mengajar di SMP IT dan SMA IT Mekarsewu Garut. Antologi puisinya: Lantunan Puisi Sebaris Doa; BKMPRMI_TV Kota Binjai, Misteri Rasa Dari Isyarat Semesta; KPO 20, Tadarus Puisi IV; Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sampah; Puisi Penyair Indonesia