Dwi Wahyu Candra Dewi
Menelisik Diri
Ruang dan waktu berteman diri tak ada peduli
Kesendirian kian mengasyikkan kala jauh dari kemunafikan
Makna diri sejatinya adalah teman sebaik-baiknya teman
Egois hanya sebuah pernyataan tanpa dasar
Tak kasih pun tak sayang hanya tampak pada ujung mata
Mereka rabun dalam pandang relung kalbu terbius ragu
Sampai kapan getir nadir oleh nyinyir terdengar bak petir
Tahan terus menahan hingga jiwa kian tegar
Menelisik pikir hilang gelisah karena Lillah
Percaya dan yakin melalui tangan-tangan-Nya lah nanar sirna
Pada-Nya diri berserah pasrah tuk wujud berkah
Begitu kiranya diri tenang dan mereka tertendang pada ketakpastian
Kalisegoro, 4 November 2020
Dwi Wahyu Candra Dewi
Bapak
Benci tak pernah tampak karena sayangmu penuh sesak
Pelukanmu hangat karena kasihmu tanpa syarat
Bapak, terima kasih dengan segala hormat atas kasih sayangmu
Tempat berbagi kisah tanpa jarak pun waktu
Kini rindu padamu pengisi sunyi dalam lamunanku
Bapak, terima kasih selalu hadir dalam setiap langkahku
Tak rela tak pernah rela jika diri ini terluka
Keras kau jaga diri ini hingga tegap menapak bumi
Bapak, terima kasih atas segala rasa yang tercurah
Bapak, doa kami sebagai penyampai rindu yang membelenggu
Bapak, berbahagialah dalam keabadian.
Kalisegoro, 4 November 2020
Dwi Wahyu Candra Dewi. Lahir di Blora, 8 Mei 1983. Penulis 1983 merupakan tenaga pendidik di Univ. Lambung Mangkurat Banjarmasin. Menulis puisi baginya merupakan kesempatan untuk menyuarakan kata hati dan pikiran. Karya puisinya ada di beberapa buku antologi bersama Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, antologi bersama Teater Kail, antologi bersama Komunitas Yuk Menulis dan beberapa karya puisinya mendapat penghargaan oleh Union Mundial de poetas por la paz y la libertad. Ruang menulis karya sastra semoga selalu terbuka untuk memperbaiki peradaban dan menambah keberkahan. Fb: Dwi Wahyu Candra Dewi.