Rasif Arisa
Matikan Saja
Matikan saja jiwamu
Agar tidak diperbudak syaithan..!
Buang saja rasamu
Agar kau selamat..!
Pergilah mencari peri..!
Jangan tinggalkan keluh-kesahmu..!
Tawarkan hatimu barang 2 sampai 3
Tangga pandan wangi yang mengikat
Di sudut tapak
Pandangi kaca di air
Lihatlah ukiranmu..!
Jangan menyesal nanti..!
Kalau tidak terbayar oleh budimu
Tidak ada yang lenyap
Tidak ada yang menang
Kecuali menggali lobang
Di pinggir jalan,
Terlihat lalu lalang
Barak-barak pedati
Yang berbunyi di setiap hirupan
Kepingan itu,
Masih teriak saja jiwamu..?
Padahal sudah di lindas
Pedati yang berlalu
Jambi, 26 Agustus 2020
Rasif Arisa
Parlemen Jalanan
Demokrasi seakan buta diloby
Menghapus dan mematikan gerak
alur perjuangan
tak ada lagi nurani
semua habis dikepntingan,
tidak ada lagi nilai moral
yang ada decadensi
yang berkecamuk
perah keringat bercucur
tanpa pori-pori
lantang bersuara,
mengais peradilan,
berjalan di taburan jeruji kaca
yang siap menancap
bersandar pada palu dan ujung senapan,
tak ada lagi yang tersisa dari keraguan,
pantang surut sebelum pulang
di pangkuan pertiwi,
menata otak-otak rongsokan
yang berserak di gedung purnawicara
menyongsong semangat pembakar patriot,
tak ada yang nyata dari hasil purbakala colonial dan liberalism
menghantam dan membumi hanguskan
keadilan dan peradilan setengah mati,
haiii orang dungu..!
tak pantas mencela peradilan kami,
tak pantas menilai apalgi mendikte
putusan kami,
Bagi kami kalian sudah mati..!
di buaian asing yang serba hegemoni
bagi kami tak ada kalian
pertiwi jaya..!
Jambi, 10 Oktober 2020
Rasif Arisa, yang biasa dipanggil Rasyid lahir di Pulau Kecil, 10 Januari 1980 (RIAU) adalah penyair yang tinggal di Kota Jambi, S1 Fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam (UIN STS JAMBI 2007), S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (UNIVERSITAS JAMBI 2020). Namanya tercatat di lumbung puisi dalam Antologi Nasional sampah 2020.