Rita Orbaningrum
Cemas Meranggas Batas
Canda yang kian muskil
Bertahta pada tangan jahil
Hadir dari amuk yang selalu usil
Demi realita yang mustahil
Lulus harus semua
Naik harus semua
Sukses harus semua
Hilang batas untuk semua
Nurani menjerit lirih
Ulu hati tergores pedih
Sayatan demi sayatan memerih
Membakar emosi, melagukan nada sedih
Menghantarkan jiwa yang kosong
Menyuarakan kabar melompong
Keraguan mendera antara nyata dan bohong
Menggelinding ibarat bola pingpong
Di antara lengangnya simpang pada lorong
Bekal yang pasti kurang
Ilmu yang masih di awang-awang
Kepekatan datang membayang
Seiring langkah yang sarat rasa gamang
Karakter menjadi incaran
Strategi jitu menembak sasaran
Untuk antisipasi sebuah kemerosotan
Karena menurunnya kualitas pembelajaran
Akibat sistem yang harus disesuaikan
Cemas ini harus berbatas
Seleksi alam musti tetap dalam gagas
selalu siap dalam setiap tugas
Siaga dalam langkah menggegas
Perubahan yang selalu ditunggu
Sistem pendidikan yang mengharu biru
Pembelajaran jarak jauh memisahkan ruang dan waktu
Adaptasi dituntut demi tercapainya kompetensi yang dituju
Meretas sebuah harap
Pandemi segera lenyap
Masa cemerlang siap terdekap
Bersama iringan doa menghadap
Rita Orbaningrum
Bayang Biru Mengharu
Kelam itu rapuh,
Rapuh yang yang membuat luruh
Luruh dalam sebuah pikat
Pikat yang menebar jerat
Jerat mengoyak laknat
Laknat menguap bersama asap
Bayang itu membiru
Beriring sendu menyaru
Sarat petuah penuh haru
Menyibak fakta melaju seru
Mengukur tingginya si Mahameru
Standar aturan segala tiru
Meretas belukar
Menyibak belantara
Mengoyak bayang-bayang semu
Melepas kait-kait pengikat kalbu
Yang selama ini kuat membelenggu
Menyuarakan batin yang malu-malu
Ungkapan kebenaran yang begitu mahal
Menyertai langkah dalam upaya legal
Walapun jalan yang ditempuh cukup terjal
Diantara engahan nafas tersengal
Untuk sebuah pencapaian
Pengorbanan harus terus diperjuangkan
Tiada elok hidup dalam kebebasan
Seolah liar tanpa ada aturan
Biru yang merindu
Pada sebuah bayang yang kian semu
Melontarkan untaian harap pada pucuk daun waru
Bertolak pada harap dengan semangat menggebu
Rasa haru menggiring dalam sunyi
Mengharap cita untuk tergapai
Hingga mampu megenggam damai
Bayang biru sampaiah pada titik kulminasi
Rita Orbaningrum, lahir di Magetan Jawa Timur, 22 tahun tinggal di Muntok, Bangka Barat. Berprofesi sebagai guru bahasa dan sastra Indonesia di sebuah SMA, yang juga aktif sebagai pegiat literasi masyarakat hingga tahun 2019 mendapatkan penghargaan Nugrajasa Darmapustaloka di Bangka Barat. Pendiri Pondok Baca Ceria, juga menulis buku teori puisi esai, baik karya tunggal maupun karya bersama, buku puisi tunggal maupun buku puisi bersama, buku kumpulan cerpen tunggal maupun karya bersama, juga menulis beberapa arikel atau opini yang diterbitkan sebagai karya bersama dan sebagai editor buku bagi penulis pemula karya siswa maupun karya anggota komunitas,. Tidak ada guru hebat yang harus ada adalah murid yang hebat. Prinsip itulah yang menjadi motivasi dalam menularkan kemampuan literasinya kepada anak didik.