TEKS SULUH


Jumat, 08 Januari 2021

Puisi Sami’an Adib di gembok 2021

 Sami’an Adib


Dari Ujung Pena

 

Kutulis alif ketika langit

dipenuhi bercak-bercak ajaib

awan kelabu pengantar lindap

 

seperti galah panjang menjulang

sebagai penjolok menggait bintang

menghimpun hikmah yang tak terbilang

 

Kurangkai lam ketika semesta jagat

kerap memamerkan berbagai gelagat

bak amuk dendam yang begitu dahsyat

 

seperti tikungan ke arah lain kafilah

jalan musafir menilasi lintasan risalah

merancang peradaban mutakhir yang ilahiah

 

Kuselipkan mim ketika laut

menjadi arena pertempuran sengit

demi teritorial dan kuasa mahasyahwat

 

seperti kemudi kapal di kedalaman

matanya awas, bahkan dalam kegelapan

menguak palung rahasia arah masa depan

 

Alif lam mim terangkai sempurna

sedari dahulu misterinya belum terbuka

meski berjuta-juta orang telah mencoba

tapi hanya mewariskan manuskrip historia

: silih berganti gemilangnya rekayasa

 

Di arah manakah gerbang utamanya?

tak seorang pun tahu, sebab semua masih rahasia

yang kulakukan sesabar mungkin terus berusaha

merangkai serakan abjad dengan sebatang pena

sambil berdoa kelak menjadi warisan berharga

 

Siapakah yang sanggup menghitung berapa

andai alif menjadi monumen catatan kasih-Nya

di setiap desah hembusan napas kehidupan manusia?

siapakah yang mampu mengukur dengan peranti apa

seandainya lam mewujud lintasan kembara

menuju permukiman dengan peradaban paling mulia?

siapakah yang bisa tepat menerka ke arah mana

sekiranya mim menjelma peta hidup manusia

ke arah masa silam atau masa depan penuh cinta?

 

Alif lam mim

dalam sejumlah tanya aku tak hendak diam

mencatat satu per satu yang tersirat di alam

tentang kejayaan tatanan kehidupan masa silam

juga tentang cara mengasuh visi tetap tajam

membangun hunian terindah mahapualam

Jember, 2020










 Sami’an Adib


Pengasingan

:kh. abdurrahman

 

entah di rantau mana akhir pengasingan ini

jauh dari tanah kelahiran dan sanak famili

 

sebelum terjebak di hiruk pikuk kota ini

aku terasing di pulau kecilmu yang misteri

: Bawean, penyandang julukan Pulau Puteri

persemaian kenangan saat menempa diri

 

masih adakah surau panggung sederhana itu?

mihrab pengabdianmu dalam mengalirkan samudera ilmu

bagi sekawan musafir fakir yang selalu berjubah rindu

ingin pulang ke kampung halaman, ke pelukan ibu

 

sepanjang ingatan, senyummu terpampang abadi

menguarkan aroma bahagia di kedalaman relung hati

ketika lembut sabdamu bertatahkan cahaya ilahi

melimburbeningkan semesta nurani

 

entah di rantau mana akhir dari pengasingan ini

jauh dari kampung halaman  dan sanak famili

 

tetapi di mana pun kaki kuat berpijak

langit pun mesti dijunjung dengan bijak

sambil memunguti kearifan yang terserak

: bekal menempuh ke lain kehidupan kelak

 Jember, 2020

 

Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej).  

Sejak SMA ia aktif menulis di buletin sekolah. Ia pernah menjadi Pengelola Mading Sekolah. Tulisan-tulisannya berupa opini, cerpen, dan puisi tersebar di berbagai media cetak dan on line, di antaranya, Surya, Jawa Pos, Republika, Simponi, Fakta, Surabaya Post, Radar Jember, Wawasan News, Berita Baru Jatim, Riau Ralita, dan lain-lain. 

Puisi-puisinya mengisi puluhan antologi Bersama Nasional / Regional  sejak tahun 2013 antara lain : Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Mendekap Langit (Gempita Biostory, Medan, 2013) Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013),  Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (PMK-Forum Sastra Surakarta, 2015),  Wong Kenthir (2020), Perjalanan Merdeka (Independent Journey (Penebar Media Pustaka, Yogyakarta, 2020), Mahligai Penyair Titipayung (2020), Pandemi Puisi (Teras Budaya, Jakarta, 2020), dan lain-lain. Bersama 5 (lima) tokoh pecinta sastra di Jember mendirikan Forum Sastra Pendalungan. Aktivitas sekarang selain bergiat di Forum Sastra Pendalungan, ia juga ber-hidmad di Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI).  Ia juga mengabdikan diri di di sebuah lembaga pendidkan Madrasah sebagai pendidik di MIMA 01. KH. Shiddiq Jember