Siti Rukayah
Laki-laki Itu Ayahku
Berangkat pagi berkejar dengan matahari
Berdiri di antara lumpur dan hamparan padi
Dengan caping melindungi diri
Menatap hamparan padi yang menjanjikan hati
Kulit legam cokelat penuh gurat
Bermandi keringat tiada pernah mengenal penat
Maafkan aku, Ayah
Dulu sempat menuntutmu beralih profesi
Agar tidak lagi menjadi buruh tani
Karena raga sengsara hasil tidak seberapa
Karena aku tak sanggup melihatmu begini
Namun apa jawabanmu saat itu, Ayah?
Bisaku hanya ini, menanam padi dengan sepenuh hati
Bukan di tanah sawah sendiri
Berkubang dengan lumpur bermandi matahari
Pesanmu, Ayah
Akan terikat erat dalam hati
Jika kau tak mau menjadi petani
Ubahlah masa depanmu semenjak dini
Tuntutlah ilmu bekali diri
Lambungkan angan hingga menjulang tinggi
Berlarilah mengejar mimpi jangan hiraukan luka dikaki
Agar bisa mengabdikan diri pada negeri
Tebing Siring-Bajuin, 14 Agustus 2020
Siti Rukayah lahir di Tulungagung, JawaTimur. Menulis puisi dan cerpen dalam beberapa antologi, di antaranya Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan 2019, Antologi Cerpen Beautifull Tomorrow (2019), Antologi Cerpen Chanting Memories (2019), Antologi Cerpen Elegi Palastra (2020), Antologi Puisi Jendela Terbuka (2020), Antologi Puisi Padika Ode (2020), Antologi Cerpen Pijar Untuk Esok (2020), Antologi Puisi Gabin Barandam (2020), Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2020, Antologi Cerpen Asmaraloka dan Luka (2020), Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan 2020, Antologi Puisi Ruang Stereo Misteri Manusia (2020), Catatan Mengenang Nadjmi Adhani (2020). Kumpulan cerpennya berjudul Kepergian Jarwo telah terbit pada Juli 2020. Namanya juga tercantum dalam buku Leksikon Penyair Kalimantan. Saat ini mengabdikan diri sebagai pendidik di SMPN 3 Bajuin, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.