TEKS SULUH


Rabu, 06 Januari 2021

Puisi Sukma Putra Permana di gembok 2021

 Sukma Putra Permana


Aku dan Waktu Tak Akan Pernah Melupakanmu 


 

Bersama waktu aku akan mengenangmu. Pada sebuah sudut jalan di depan tugu bisu. Rindang pohon besar yang menjadi tempat berteduh. Ibu-ibu tua buruh gendong mengusap peluh. Peluh yang ratusan tahun lalu pernah ditumpahkan ribuan kawula. Ketika membabat alas membersihkan wanasetra. Mendirikan istana raja. Juga rumah dan pendapa para punggawa. Tak lupa pula jalanan dan gang-gang sempit. Serta lorong-lorong yang sunyi menghimpit.


 Bersama waktu aku akan selalu mengingatmu. Juga kota kecilmu yang selalu mengulurkan tangannya kepadaku. Sementara para perempuan tak henti-hentinya menangis mengenang senyumku. Senyum yang dulu selalu membuatmu rindu.


 Bersama waktu tak pernah lelah aku jelajahi setiap sudut kotamu yang renta. Tempat para lelaki sering berkumpul memenuhi jalanan sambil bercengkerama. Tentang cuaca, anak-anak, atau burung-burung peliharaan mereka di rumah. Yang dibeli dengan uang senilai harga mobil mewah. Sementara di sudut trotoar, lelaki tua tak beralas kaki terduduk lesu. Di sisinya, sebuah sangkar kayu. Berisi belasan ekor burung kecil. Yang selalu mengepakkan sayap mungil. Dan tak ada yang peduli pada kehadirannya. Juga pada rasa perih di dadanya. Saat aku melintas, kilap api itu menatapku. Dengan sebuah pertanyaan seperti mendesakku. Tapi aku segera berlalu bersama bayangmu. Yang selalu memegang erat lengan kiriku.


 Aku dan waktu tak akan pernah melupakanmu. Yang dulu pernah diam-diam tersenyum menyeringai di balik bayangku. Lalu tiba-tiba membakar rambut ikalku. Sambil dengan kuat menancapkan sedalam-dalamnya sebilah pisau di punggungku!!!

Nusantara 2015


Sukma Putra Permana lahir di Jakarta pada 1971. Giat berproses kreatif sebagai editor, penyair, dan penulis nonfiksi di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Beberapa buku antologi terbaru yang memuat puisinya antara lain: Negeri Bahari (2018), Pesisiran (2019), Segara Sakti Rantau Bertuah (2019), Perjalanan Merdeka (2020), CORONA (2020), Gambang Semarang (2020), Rantau (2020), Alumni Munsi Menulis (2020), Kembara Padang Lamun (2020), Angin, Ombak, dan Gemuruh Rindu (2020), dan Kristal-Kristal DIHA (2020). Buku puisi tunggalnya: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015). Sekarang tinggal di Bantul, D.I.Yogyakarta.