Syahriannur Khaidir
Mak
Mak, berdoalah
Biarlah Ayah beristirahat barang sejenak
Hingga lelahnya terselesaikan
Tak perlu kaupajang risau jikalau bertemu takdir
Tak kulihat sakitnya karena balutan semangat terlalu kuat
Meski debu dijadikannya pengganti air wudhu
Karena cinta dan pengabdian
Bersabarlah karena keinginan menunda takdir menghias di senyumnya
Menunggu mentari pagi meski sekadar berjemur
Memamerkan keriput dan otot kaku
Mak, berdoalah
Biarlah Ayah beristirahat barang sejenak
Karena panjangnya langkah waktu usai terlampaui
Sambil menunggu kabar baik itu
Keajaiban menjawabnya
Sampang, 112020
Syahriannur Khaidir
Pagi Ini
Di antara lompatan hujan pagi ini
Embun terkapar cemberut
Bayang-bayang orang hebat menghampiriku
Pamerkan teori regulasi basa-basi
Siapkan upeti buat kalangan berdasi atas nama dedikasi dan ibu jari
Agar ini itu dan anu mudah tereksekusi
Kepalsuan sana-sini menebar iri dengki
Bisik-bisik menuai paceklik
Panorama kegelapan mencuat
Dalam ruang bengong anak-anak bermain di depan papan tulis
Aku yang bersekongkol dengan kucing hanya mampu mengeong
Karena sebagian koloni hanya duduk manis
Ndepis jika tikus lewat semerbak wangi selokan
Mungkin suatu saat mereka siap mencakar dan mencabik-cabik
Karena tikus-tikus mulai memasang kuping dan berkeliaran menjaring populasi
Sambil menggerogoti pintu dan jendela dengan rakus
Kultus dan gaungan ngedabrus
Di antara lompatan hujan pagi ini
Embun terkapar cemberut
Kutahan dendam terhasut
Diam put
Sampang, 112020
Syahriannur Khaidir, Dilahirkan di Sampit, 26 September 1975 kota kecil di Kalimantan Tengah. Menamatkan Pendidikan S1 di Universitas Islam Malang tahun 1999. Bekerja sebagai tenaga pengajar di SMK Negeri 1 Sampang yang beralamat di jalan Suhadak 11 A Sampang. Aktif mengikuti proses menulis Antologi Puisi Bersama di Lumbung Puisi sejak tahun 2017