Surasono Rashar
Tentang Kedatangan
Datanglah pada-Ku dengan mesra
Semesra-mesranya kedatangan
Membawa sepucuk surat rindu
Tiap waktu kunjungan hatimu
Datanglah dengan mengetuk pintu
Memakai jemarimu yang lembut
Datang dengan sebenar-benarnya datang
Untuk menghadapkan hatimu pada-Ku, bukan pada yang lain
Bukit Suluk, September 2020
Surasono Rashar
Pemcapaian yang Puncak
Apa yang dicari, apa yang dikejar
Pabila yang dikejar dan dicari, adalah mimpi
Hakikat mencari itu di kendaraan ikhlas
Di tengah lampu namanya keberkahan
Tidak satu pun akibat yang tak Ku-ketahui, jika Aku rela
Melayari samudera dengan bijak
Mencari ilmu di atas lampu penerang
Bila hendak mengenali siapa guru sejatimu yang sesungguhnya
Guru sejatimu ialah Aku
Jangan hancur dan terlepas kendali
Sebab akal picik dan apa yang tak engkau yakini
Sifat hidup mencahayai kesejatian dan setiap kepercayaan yang tumbuh
Jika hendak bercermin, hadapkan pikiranmu pada hati yang bening
Hati yang bening, bisa memberimu semangat hidup yang teduh, yang bersumber hanya pada-Ku
Ayolah terus menangkap cahaya dari samudera dirimu
Diri yang hidup, bersauh Aku
Yang dinamakan mencari itu, sampai di ketinggian langit rahasia cemerlang Nur-Ku
Tak pantas kiranya menista apa-apa yang belum engkau pahami rahasianya
Rambut putih tidak selalu merupakan tanda matangnya pendakian rohani seseorang
Qalbu yang ranum di atas pohon, memancar cahaya kemilau
Suatu saat engkau bijak melompati layar dari cahaya-Ku
Nur tajalli terhimpun dari milyaran energi berpuluh-puluh tahun mendaki
Jikalau hendak hidup senantiasa bersama-Ku
Temui Aku di balik nur cahaya hatimu yang gemilang
Tumbuhkan pada-Ku ketulusan yang utama
Sebab sebaik-baik manusia itu, hatinya memancar dan tiada pernah lepas pada-Ku. Terhubung!
Songsonglah Maha Cahaya-Ku yang gemerlapan, tak pernah kelam
Mendaki dengan adab yang syukur dan istikamah
Bila hasrat hati menggapai rahasia inti Ilmu-Ku
Tahan napas zikir, itulah dia
Selaraskan pikir dan rasa
Menyingkap tirai selubung cinta
Hidup tak cuma sampai di rasa
Mendendangkan huruf-huruf kalam Al-Qur'an
Mencari Maha Guru bertemu di alam pikir hakikat nur hatimu yang paling dalam
Menembus warna langit dan bintang yang tinggi
Apa yang dicari, jika matamu tak Ku-kenalkan
Apa yang terurai, kalau lampu itu Ku-padamkan
Pabila hendak menghadapkan badan jiwamu pada Ismu Dzat
Hadirkanlah hati yang lembut menyatu mengakar, seiring zikir sirr yang sempurna
-2020-
Surasono Rashar. Lahir di Lahat, 06 Oktober 1960. Sejak 1981 hijrah ke Lumajang. Pendidikan SLTA di Tegal dan studi kewartawanan di Yogyakarta. Tahun 1982 ia mendirikan Sanggar Sastra DIAN Lumajang. Aktif menulis mulai 1979 berupa puisi, cerpen, reportase, novel, feature, artikel dan buku. Kini menggarap novel Suluk Sutera Kemilaudan Satria Piningit Mencari Allah. Puisinya dipublikasikan di koran, majalah media regional, nasional, dan internasional, antara lain: Bahana Brunei, Berita Buana, Horison, Jogja Post, Bali Post, Akcaya, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Eksponen, Yudha Minggu, Mutiara, Suara Indonesia, Swadesi, Simponi.
Puisi-puisi Surasono Rashar pernah diulas dan dikupas oleh Korrie Layun Rampan di koran Swadesi 11 Juli 1995, oleh Djoko Suud Sukahar di harian Memorandum Sabtu, 23 Februari 1991, oleh Putu Tirta Wirya di Buletin Sastra Dian no 6 tahun 1998, oleh Wawan Hamzah Arfan di Harian Pikiran Rakyat Minggu III Maret 1989. Dikomentari pula oleh Kusprihyanto Namma di Kompas Minggu 18 September 199 dan di harian Surabaya Post 4 September 1994. Di samping itu surat lepas dari Umbu Landu Paranggi 12 Februari 1993 dan dari Diah Handaning 12 April 1992. Tahun 1989 tanggal 28 Mei di koran Yudha Minggu puisinya diapresiasi oleh Harianto Gede Panembahan.
Tahun 2000 meraih juara I pada lomba karya ilmiah populer bidang pertanian yang diadakan Departemen Pertanian dan Tabloid Sinar Tani. Karya sastranya memenangi lomba penulisan sastra yang diadakan Dewan Kesenian Mojokerto 1998, Tabloid Nyata 2008, dan sebagainya.
Persentuhan batinnya ketika bersentuhan dengan Ruh Ilahi telah banyak melahirkan karya-karya suluk, begitu pun sewaktu persentuhan ruhnya dengan guru gaibnya: Sunan Bonang-Sunan Kalijaga, tak kurang menempa pikiran, hati, jiwa dan sirnya. Beliau-beliau pula yang menasbihkan Ilmu Tali Rasa Jiwa, Sari Rasa Sukma Kemusuk Badan, Pusat Kendali Naga, Ilmu Kaweruh Sejatinya Sunan dan dikenalkan kitab wadah tujuh.