TEKS SULUH


Rabu, 06 Januari 2021

Puisi Surasono Rashar di Gembok 2021

 Surasono Rashar


Tentang Kedatangan


Datanglah pada-Ku dengan mesra

Semesra-mesranya kedatangan

Membawa sepucuk surat rindu

Tiap waktu kunjungan hatimu


Datanglah dengan mengetuk pintu

Memakai jemarimu yang lembut

Datang dengan sebenar-benarnya datang

Untuk menghadapkan hatimu pada-Ku, bukan pada yang lain

Bukit Suluk, September 2020


Surasono Rashar


Pemcapaian yang Puncak


Apa yang dicari, apa yang dikejar

Pabila yang dikejar dan dicari, adalah mimpi


Hakikat mencari itu di kendaraan ikhlas

Di tengah lampu namanya keberkahan

Tidak satu pun akibat yang tak Ku-ketahui, jika Aku rela


Melayari samudera dengan bijak

Mencari ilmu di atas lampu penerang

Bila hendak mengenali siapa guru sejatimu yang sesungguhnya

Guru sejatimu ialah Aku


Jangan hancur dan terlepas kendali

Sebab akal picik dan apa yang tak engkau yakini

Sifat hidup mencahayai kesejatian dan setiap kepercayaan yang tumbuh

Jika hendak bercermin, hadapkan pikiranmu pada hati yang bening

Hati yang bening, bisa memberimu semangat hidup yang teduh, yang bersumber hanya pada-Ku


Ayolah terus menangkap cahaya dari samudera dirimu

Diri yang hidup, bersauh Aku

Yang dinamakan mencari itu, sampai di ketinggian langit rahasia cemerlang Nur-Ku

Tak pantas kiranya menista apa-apa yang belum engkau pahami rahasianya

Rambut putih tidak selalu merupakan tanda matangnya pendakian rohani seseorang

Qalbu yang ranum di atas pohon, memancar cahaya kemilau


Suatu saat engkau bijak melompati layar dari cahaya-Ku

Nur tajalli terhimpun dari milyaran energi berpuluh-puluh tahun mendaki

Jikalau hendak hidup senantiasa bersama-Ku

Temui Aku di balik nur cahaya hatimu yang gemilang

Tumbuhkan pada-Ku ketulusan yang utama

Sebab sebaik-baik manusia itu, hatinya memancar dan tiada pernah lepas pada-Ku. Terhubung!


Songsonglah Maha Cahaya-Ku yang gemerlapan, tak pernah kelam

Mendaki dengan adab yang syukur dan istikamah

Bila hasrat hati menggapai rahasia inti Ilmu-Ku

Tahan napas zikir, itulah dia


Selaraskan pikir dan rasa

Menyingkap tirai selubung cinta

Hidup tak cuma sampai di rasa

Mendendangkan huruf-huruf kalam Al-Qur'an


Mencari Maha Guru bertemu di alam pikir hakikat nur hatimu yang paling dalam

Menembus warna langit dan bintang yang tinggi

Apa yang dicari, jika matamu tak Ku-kenalkan

Apa yang terurai, kalau lampu itu Ku-padamkan

Pabila hendak menghadapkan badan jiwamu pada Ismu Dzat

Hadirkanlah hati yang lembut menyatu mengakar, seiring zikir sirr yang sempurna

-2020-


Surasono Rashar. Lahir di Lahat, 06 Oktober 1960. Sejak 1981 hijrah ke Lumajang. Pendidikan SLTA di Tegal dan studi kewartawanan di Yogyakarta. Tahun 1982 ia mendirikan Sanggar Sastra DIAN Lumajang. Aktif menulis mulai 1979 berupa puisi, cerpen, reportase, novel, feature, artikel dan buku. Kini menggarap novel Suluk Sutera Kemilaudan Satria Piningit Mencari Allah. Puisinya dipublikasikan di koran, majalah media regional, nasional, dan internasional, antara lain: Bahana Brunei, Berita Buana, Horison, Jogja Post, Bali Post, Akcaya, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Eksponen, Yudha Minggu, Mutiara, Suara Indonesia, Swadesi, Simponi.

Puisi-puisi Surasono Rashar pernah diulas dan dikupas oleh Korrie Layun Rampan di koran Swadesi 11 Juli 1995, oleh Djoko Suud Sukahar di harian Memorandum Sabtu, 23 Februari 1991, oleh Putu Tirta Wirya di Buletin Sastra Dian no 6 tahun 1998, oleh Wawan Hamzah Arfan di Harian Pikiran Rakyat Minggu III Maret 1989. Dikomentari pula oleh Kusprihyanto Namma di Kompas Minggu 18 September 199 dan di harian Surabaya Post 4 September 1994. Di samping itu surat lepas dari Umbu Landu Paranggi 12 Februari 1993 dan dari Diah Handaning 12 April 1992. Tahun 1989 tanggal 28 Mei di koran Yudha Minggu puisinya diapresiasi oleh Harianto Gede Panembahan.

Tahun 2000 meraih juara I pada lomba karya ilmiah populer bidang pertanian yang diadakan Departemen Pertanian dan Tabloid Sinar Tani. Karya sastranya memenangi lomba penulisan sastra yang diadakan Dewan Kesenian Mojokerto 1998, Tabloid Nyata 2008, dan sebagainya.

Persentuhan batinnya ketika bersentuhan dengan Ruh Ilahi telah banyak melahirkan karya-karya suluk, begitu pun sewaktu persentuhan ruhnya dengan guru gaibnya: Sunan Bonang-Sunan Kalijaga, tak kurang menempa pikiran, hati, jiwa dan sirnya. Beliau-beliau pula yang menasbihkan Ilmu Tali Rasa Jiwa, Sari Rasa Sukma Kemusuk Badan, Pusat Kendali Naga, Ilmu Kaweruh Sejatinya Sunan dan dikenalkan kitab wadah tujuh.