TEKS SULUH


Selasa, 05 Januari 2021

Puisi Tri wahyuni di gembok 2021

 Tri Wahyuni


Takkan Mati


Waktu takkan mati – dalam kamus para penyair setelah membaca sajak Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun lagi. Orang-orang berpendapat omong kosong, kiamat akan menjemput, ajal akan memeluk, dunia akan hilang tanpa syarat.


Waktu memang kosong. Hanya puisi yang mengisi ruang dengan hiperbola, personifikasi dan teman-temannya. Meski raga menghilang ditelan kelam, tiada yang lebih sedap selain mati namun tetap hidup dalam puisi. Hanya para penyair penuh mimpi yang berani berkata seperti ini.

Yogyakarta, 2020


Salam Penyair


 Salam Penyair !

Yang berani merakit ide tanpa batas,

membagi-bagikan warna di setiap hembusan angin,

dan membiarkan mimpi-mimpi kecil tumbuh bergerombol.

Penyair itu cahaya sejati,

tak lelah bersinar

menyempurnakan makna

yang ditemani kata

“Kami ini tak banyak meminta, hanya ingin dihargai dan memiliki kesempatan untuk menerbangkan sayap tanpa batasan”

Kulonprogo, 2020

Tri Wahyuni lahir di Yogyakarta,16 Juni 2001 . Penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Negeri Yogyakarta prodi Bahasa dan Sastra Inggris. Seorang penulis muda yang telah menulis antologi puisi tunggal yang berjudul Hujan Merindu (2018), Sajak Cerita Senja (2018), dan Berlutut Di Bawah Kaki Purnama (2020). Sampai sekarang sudah menulis berbagai puisi yang telah dimuat dalam beberapa antologi bersama penulis se-Indonesia yaitu Antologi Puisi Maha Kata, Bahasa Diam, Kisah Lain Adam dan Hawa, Terbang Dalam Deen Assalam, Antologi Bersama Menanti Senja, Violin, Sekotak Rasa Palu Donggala, Pandemi Puisi, Kluwung dan Ruang Putih Demokrasi. Antologi Esai : Menangkis Intoleransi Melalui Bahasa dan Sastra yang diadakan oleh Balai Bahasa DIY. Antologi Geguritan : Tilik Wewisik dan Kidung Karangkitri yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY. Penulis pernah mengikuti acara sastra seperti tampil di Selasa Wagen, Festival Purbakala, mengikuti Temu Karya Sastra Penulis Se-DIY, tampil di Radio Megaswara, baca puisi di Radio Mesra Pare-Pare dan lain-lain. Penulis juga aktif sebagai penggiat sastra Kulonprogo, pengurus harian Komunitas Sastra-Ku, Forum Sastra dan Teater Kulonprogo, Unit Studi Sastra dan Teater, dan anggota Komunitas Pencinta Sastra Indonesia.