TEKS SULUH


Minggu, 10 Januari 2021

Puisi Putri Bungsu di Gembok 2021

 Putri Bungsu


Aku Menulis Semampuku 


Aku bukan penyair bukan pula penyinyir

Apalagi penyihir yang mampu menyuap

Dewan kurator demi memuluskan jalan

Menyandang pemenang dan piagam penghargaan

 

Aku hanyalah insan biasa yang ingin berkarya

Sesekali bertanya bagaimana menulis yang baik

Menuangkan ide bila tak boleh demo

Bisa jadi ujung penaku lebih tajam dari pedang

 

Aku datang layaknya pendatang

Kemungkinan kalah sebelum perang

Tersungkur di atas karya pujangga

Dan cukup puas sebagai pecundang

 

Aku perantau berbekal kemauan keras

Mencintai dunia sastra tanpa batas

Berdecak kagum saat membaca mahakarya emas

Tulisan hebat pengaksara negeri

 

Tak perlu rendah diri apalagi patah hati

Berkarya menyuarakan kata hati

Baik buruk dua sisi takdir Tuhan

Tak ada label terbaik karna karya manusia ada batasnya

Karanganyar, 20 Agustus 2020

 




Putri Bungsu


Aksara Sunyi 


Aku aksara sunyi. Asalku dari daerah pesisir selatan. Biasa bercanda dengan ombak, pasir, dan buih. Suka bercengkerama dengan petani muda yang mengolah lahan pasir menjadi subur. celoteh nakal biasa kudengar. Pupuk tak perlu beli cukup dari kotoran sendiri. Lahan tak perlu nyewa. Luasnya semampu raga mengolahnya. Awalnya mendulang suka lama-lama menelan duka. cabe tak lagi pedas. Lebih pedas ulah tengkulak penentu harga.

 

Aku aksara sunyi. Mencatat segala peristiwa dengan ujung penaku yang tumpul. Setumpul pemimpin yang membeli kursi dengan kolusi. Seperti gelap malam tanpa purnama tiada nyanyian serangga. Kidung kinasih sirna ditelan pernasiban tragis mengiris.

 

Ah, sesunyi inikah aksaraku? Aku telah mengarungi lautan diksi. berkubang dalam lumbung kata-kata. Bergumul dengan frase rumit menyesakkan dada. Terlalu banyak lumpur konotasi berbalut ambigu tak mampu kumaknai dengan pasti. Pijar asa menyinari lorong jalan tanpa ujung. Terus melangkah ikuti jejak senior. Disana ada monumen sakti tempat pujangga memahat abjad sarat makna. Aku tak putus asa sampai bisa melukiskan aksara jiwa.

Karanganyar, 20 Agustus 2020





Putri Bungsu, guru yang gemar membaca, menulis, dan avontur. Namanya masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia dengan nama aktanya Tusilah. Menerbitkan buku puisi tunggal Ketika Aksara Bicara (2017) dan Detik Akhir (2019). Bergabung dengan banyak komunitas dan telah menerbitkan lebih dari 50 buku antologi bersama berupa puisi, geguritan, cerpen, cerkak, esai, maupun resensi. Mengikuti Konpen Malaysia dan menghasilkan antologi puisi Wangian Kembang. Mengikuti Wisata Puisi Brunei menghasilkan buku antologi Gadis Kampung Air, A Skyful of Rain (Banjarbaru) dan puluhan buku lainnya. Suka menulis untuk media pendidikan seperti Inspirasi, Inspirator, Luhur, Titis, Saraswati, Radar Pos.