TEKS SULUH


Minggu, 10 Januari 2021

Puisi R Budiman di Gembok 2021

 R. Budiman


Perjalanan


Malam tempat menitipkan mimpi 

ketika selendang-selendang kesunyian dikibaskan membuka cahaya lapisan-lapisan langit

terjaga sejenak merapalkan doa-doa harapan yang tak pernah berhenti singgah


Beranjak pagi, langkah awal memecah 

batu-batu rahasia yang dipersiapkan jalanan menuju tujuan

mengubah haluan nasib yang dihembuskan angin dengan membawa sekumpulan debu-debu


Melawan garis takdir disetiap persimpangan yang membingungkan

Kecongkakan segera menepikan hari

kesombongan membunuh setiap kerendahan hati

mata berkunang-kunang 

menahan terik munusuk ubun-ubun, 

haruskah buntu sampai disini?


Padahal di ujung waktu, 

senja menanti sebagai akhir 

menikmati keindahan hari

metitipkan lelah langkah kaki, 

resah dan letih rasa hati. 


Jangan biarkan temaram 

mengunci erat diri

terluka dalam kesepian abadi 

ditinggalkan tujuh langkah terakhir purnama yang berganti gelap malam tanpa cahaya 

Sendiri tanpa siapapun menemani.

Garut, 12/11/2020


Masa Pandemi 


Berapa banyak bulan yang hilang 

menghamburkan hari-hari dalam ketakutan? 

Mengunci diri dalam kecurigaan pandangan mata-mata, 

bisu dalam kesucian


Sudah hampir genap tahun pertama 

situasi semakin mencekik 

mencipta musim-musim paceklik

kadang tubuh tumbuh bersama ilalang, kadang terperosok masuk 

jauh jatuh di jurang, 

remuk tulang 

darah-darah berceceran


Merasa seperti berjalan 

di kanan kiri pematang 

sawah-sawah hijau dan menguning

Bermain di aquarium bersama ikan-ikan yang tak lagi mendapatkan pelet-pelet alami, lumut 

ditepian sungai-sungai yang kini mulai surut, 

menyeret kekeringan segera datang menumpuk sampah 

menyebar ribuan penyakit baru


Kemana aku harus berlari? 

Kemana aku harus mengadu?

Seluruh pintu-pintu kehidupan

tertutup rapat, sudah!

Seluruh dunia berwarna kelabu

tanpa pelangi

Garut, 15/11/2020


R. Budiman, biasa di panggil Budi. Aku berasal dari Garut, usiaku kini 41 tahun.  Seorang ayah dari tiga orang anak, satu putri dua putra. Aku seorang Juru Parkir yang masih belajar menulis. Menitipkan mimpi dan harapan seperti mobil dan motor yang terparkir. Menjaga tabrakan dan kehilangan. Satu buku antopologi puisi yang baru bisa di banggakan, meskipun bukan pribadi masih bersifat bersama-sama. Tapi masih memiliki kesempatan sampai nanti, berharap bisa terus berkarya. Terima kasih.