R. Budiman
Perjalanan
Malam tempat menitipkan mimpi
ketika selendang-selendang kesunyian dikibaskan membuka cahaya lapisan-lapisan langit
terjaga sejenak merapalkan doa-doa harapan yang tak pernah berhenti singgah
Beranjak pagi, langkah awal memecah
batu-batu rahasia yang dipersiapkan jalanan menuju tujuan
mengubah haluan nasib yang dihembuskan angin dengan membawa sekumpulan debu-debu
Melawan garis takdir disetiap persimpangan yang membingungkan
Kecongkakan segera menepikan hari
kesombongan membunuh setiap kerendahan hati
mata berkunang-kunang
menahan terik munusuk ubun-ubun,
haruskah buntu sampai disini?
Padahal di ujung waktu,
senja menanti sebagai akhir
menikmati keindahan hari
metitipkan lelah langkah kaki,
resah dan letih rasa hati.
Jangan biarkan temaram
mengunci erat diri
terluka dalam kesepian abadi
ditinggalkan tujuh langkah terakhir purnama yang berganti gelap malam tanpa cahaya
Sendiri tanpa siapapun menemani.
Garut, 12/11/2020
Masa Pandemi
Berapa banyak bulan yang hilang
menghamburkan hari-hari dalam ketakutan?
Mengunci diri dalam kecurigaan pandangan mata-mata,
bisu dalam kesucian
Sudah hampir genap tahun pertama
situasi semakin mencekik
mencipta musim-musim paceklik
kadang tubuh tumbuh bersama ilalang, kadang terperosok masuk
jauh jatuh di jurang,
remuk tulang
darah-darah berceceran
Merasa seperti berjalan
di kanan kiri pematang
sawah-sawah hijau dan menguning
Bermain di aquarium bersama ikan-ikan yang tak lagi mendapatkan pelet-pelet alami, lumut
ditepian sungai-sungai yang kini mulai surut,
menyeret kekeringan segera datang menumpuk sampah
menyebar ribuan penyakit baru
Kemana aku harus berlari?
Kemana aku harus mengadu?
Seluruh pintu-pintu kehidupan
tertutup rapat, sudah!
Seluruh dunia berwarna kelabu
tanpa pelangi
Garut, 15/11/2020
R. Budiman, biasa di panggil Budi. Aku berasal dari Garut, usiaku kini 41 tahun. Seorang ayah dari tiga orang anak, satu putri dua putra. Aku seorang Juru Parkir yang masih belajar menulis. Menitipkan mimpi dan harapan seperti mobil dan motor yang terparkir. Menjaga tabrakan dan kehilangan. Satu buku antopologi puisi yang baru bisa di banggakan, meskipun bukan pribadi masih bersifat bersama-sama. Tapi masih memiliki kesempatan sampai nanti, berharap bisa terus berkarya. Terima kasih.