TEKS SULUH


Jumat, 08 Januari 2021

Puisi Raden Rita Maimunah di gembok 2021

 Raden Rita Maimunah


Masih Adakah Ruang Bagi Rakyat 


Jiwa-jiwa yang masih peduli

Mengibarkan bendera merah putih

Dalam hatinya sambil berucap “Merdeka”

Jiwa-jiwa anak bangsa terbelenggu oleh covid

Yang meniadakan keramaian, semua orang takut

Perayaan hari kemerdekaanpun  menjadi sepi

Tapi garuda masih segagah 75 tahun yang lalu

Tak pudar oleh waktu

Rasa kebangsaan pada anak-anak mulai berangsur terlupa

Senyum-senyum tak lagi bebas di ungkapkan

Terpasung oleh pandemi yang makin di gembar gemborkan  bahayanya

Kehidupan semakin sulit

Kemakmuran hanya sebuah impian

Berada di bawah ketiak para koruptor

Yang tak pernah merasa salah

Sementara masyarakat semakin tercekik oleh kemiskinan

Uang sulit di cari banyak yang kelaparan

Para maling dan rampok banyak berkeliaran

Tapi tak lagi ada yang kan di rampok

Kekuasaan semakin pongah, duduk di atas singasananya

Tanpa perlu mikir rakyat

Masih adakah kebebasan berpendapat

Kebebasan mencari nafkah tanpa terhalang covid

Masyarakat menjadi dungu, tak tahu harus berbuat apa

Anak-anak mendekap perutnya, lapar

Karena bapaknya tak dapat beli beras

Rakyat menonton kemegahan para penguasa

Dengan mengurut dada

Orang-orang pintar berpacu

Mendekatkan diri pada penguasa

Dengan segala cara

Masih adakah ruang bagi rakyat

Padang, 21 Agustus 2020

Cerita

Pada siapa aku akan bercerita

Karena kesedihanku tak tertampung oleh jiwa

Tak juga dapat kutangisi bayangmu

Semua tak dapat hapus dari ingatanku

Meski di ujung langit sana, sudah mulai berkabut

Pertanda hari akan hujan

Seharusnya kesedihan tak lagi ada, pada usiaku di ujung senja

Tapi khawatir padamu masih membayangi batinku

Meluluh lantakkan jiwa yang mulai lelah

Tak tahu pada siapa aku harus menuangkan cerita

Aku tak ingin mengurai cerita lagi, tentang dirimu

Tentang kelucuanmu, tentang kehidupanmu

Tentang semua yang ada padamu

Karena kau telah lari dari duniaku

Aku tak ingin cerita tentang dirimu, bersebar dilangit biru

Aku tak ingin kebodohanmu tercium oleh angin yang berhembus

Aku tak ingin cerita usangmu terbawa debu  yang beterbangan

Biarlah aku berdiri di sini, terpaku menggenggam seluruh kisah-kisah

Juga kisah hidupmu yang penuh dusta

Aku tetap di sini menunggu sadarmu, nak

Meski aku akan tetap menikmati kehampaan, menikmati sunyi

Dan menikmati rasa kecewa

Entah sampai kapan


Raden Rita Maimunah, lahir tanggal 2 Pebruari di Cianjur, Jabar, besar di kota Padang. Menulis puisi dan fiksi sejak 1977. Buku puisinya yang telah terbit berjudul "Tak Ada Kata" (2018).senandung luka ( 2018).

Puisinya mengisi puluhan  Antologi Bersama Nasional/regional  sejak tahun 2015 seperti :  “Patah Tumbuh hilang berganti” Palagan Pres 2015, Antologi Puisi “ Memo untuk Wakil rakyat” Forum sastra surakarta  November 2015, Antologi Puisi “ memo anti teroris” forum sastra surakarta  april 2016, antologi puisi “ Memo antyi kekeran terhadap anak-MAKTA”  september 2016, Antologi Puisi “Tadarus Puisi” 2017, Antologi GSM “ Gema Sonia Temasik” 2017, Antologi Puisi “Aceh 5;03 6,4 SR “April 2017, Antologi Puisi “Puisi menolak Korupsi 6-PMK 6”, Forum sastra surakarta Juli 2017, Antologi cerpen “ selendang mayang “ AWWA-Asean Writer’s Associsation, Juli 2017, Antologi Puisi “ Tema bebas “ Hidden Publisher Juli 2017, , Antologi wangian kembang Persatuan penyair malaysia 2018, Zamrud Khatulistiwa KKK, 1 Februari 2019’. Penyair cantik dengan Karya cantik Penebar media Pustaka 30 Okt 2019, Wong Khentir ( Lumbung Puisi sastrawan Indonesia  Edisi Spesial 2020 ), Antologi Puisi Harapan 10 Februari 2020, dll