Rissa Churria
Penggembala
Apa yang musti kugembok
Dari larik karya dan puisi puisiku
Pada tiap jengkal langkah yang kutuju
Berikrar mendarmabaktikan diksi tanpa henti
Seperti apa kemerdekaan yang kumiliki
Meski hanya menyambung dari patahan kata
Dan remahan kecewa aku tetap mengibarkan bendera
Agar dapat berteriak di tiap perbatasan perjalanan
Aku hanyalah penggembala aksara
Dari sebuah desa yang tak pernah disebut
Dalam agenda, namun ada dalam catatan sejarah
Aku menulis di pusat pusat peradaban
Hingga keterbelakangan mental
Menggembala kata kata
Di tengah amuk yang menjadi badai
Tatkala kata kata dipuja lalu dirusak oleh akal
Dan teriakan teriakan kotor yang mengerak di hati
Aku terus menggembala hingga senja tiba
Di antara gelung cakrawala dan camar
Yang meninggalkan bahagia ceria
Lesap dalam lambang bunyi
Dan percikan ilusi
Bekasi, 09.09.2020
Bara Merdeka Aksara
Aku terus membakar mimpiku
Agar menyuluh di tungku perapian
Pikirku menjadi bara kemerdekaan
Menuntaskan amuk cuaca katakata
Mari kita suarakan keadilan
Dari tonggak pohonpohon mati
Yang masih berdiri di hutan hati
Hingga rimbun rindang daun mahoni
Mari kita susun aksara
Dari lembah paling lembab
Hingga tanah kering tandus
Agar dapat membebaskannya
Bila aksara adalah ksatria
Biarlah akan aku sematkan
Panah pasopati mengharjuna
Dalam wisik perjalanan juang
Bila huruf huruf adalah cinta
Akan kusembadrakan tintanya
Menjadi tempat damai sukacita
Menubuatkan kasih pada semesta
Setu, 20.09.2020
Rissa Churria, lahir di Banyuwangi, 17 Februari 1972, biasa dipanggil Ummi Rissa adalah penyair yang saat ini tinggal dan menetap di Bekasi, Jawa Barat. Karyanya diterbitkan dalam buku kumpulan puisi tunggal, yaitu : “Harum Haramain” (2016), “Perempuan Wetan” (2017), “Blakasuta Liku Luka Perang Saudara”(2019), “Matahari Senja di Bumi Osing” (2020). Puisi Rissa juga dimuat di berbagai media cetak, antara lain : Jawa Pos, Radar Banyuwangi, Radar Bekasi, BMR Fox Kotamobagu, Majalah Pemuisi-Malaysia, dan lain lain.
Selain itu puisinya juga sudah dimuat di lebih 80 kumpulan puisi Bersama sejak tahun 2014 , antara lain : “Indonesia Dalam Titik 13” (2013), “Ziarah Batin” (2014), “Wakil Rakyat” (2015), “Memandang Bekasi” (2015), “Ambarawa Seribu Wajah” (2016), “Sastra Lembah Ijen” (2017), “Teksi : Kumpulan Antologi Cerpen Seram dan Thriller” (Penulis Malaysia, Singapura dan Indonesia : 2018), “Jazirah” (Festifal Sastra Internasional Gunung Bintan 1 – 2018), “Doa Seribu Bulan” (Antologi Puisi ASEAN 2018), “Negeri Bahari” (Negeri Poci – 2019), “Segara Sakti Rantau Bertuah” ( Festival Internasional Gunung Bintan 2019), “Cincin Api” (Balai Pustaka Jawa Tengah – 2019), “Di Kaki Gunung Bintan” ( Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019), “Splash The Unrimitting Drizzel” (22 Penulis dari India, Pakistan, Bangladesh, Indonesia- 2019, dll.