Selamat Said Sanib
Rakyatku Terbelenggu
Merdeka !
Suaraku parau
Hatiku galau
Lidahku kelu
Tak mampu berteriak lantang
Membela Rakyatku
terhimpit
tertindas
terkungkung
terpasung ketidakadilan
Mereka tak menikmati
Makna Kemerdekaan
Anugerah Tuhan berupa Sumber Daya Alam
Tanah
Air
Bumi
Untuk kemakmuran
Nikmat Tuhan yang mana Kau Dustakan
Mengapa hanya jadi bancakan segelintir orang ?
Bedebah ...!
Langkahku terhenti
Aku termangu
Rakyatku terbelenggu
Kebodohan
Kemiskinan
Ketidakadilan
Mereka hidup nambang sampah
Tinggal di kolong langit beralaskan tikar tanah tembikar
Lahan mereka menyempit
Termakan debu areal batubara
Namun jadi penyokong kekuasaan jadi lumbung suara
Mereka tak mampu mendobrak
Kokohnya gembok kekuasaan siluman keparat !
Mereka terbuai kicauan bisikan kabar burung
Tergoda selumpang beras menggunung
Segepok uang selicin minyak akal bulus tipuan cederai kemanusiaan
Sungguh mengerikan !
Ada yang buas menindas Negeri
Lupa diri mengobrak-abrik tatanan lingkungan nan asri
Potret Buram Rakyatku numpang di Negeri sendiri
Hak-hak mereka dikebiri
Suara mereka di bandrol materi
Hingga terlena hidup tak punya VISI
Apalagi BereAKSi
Rakyatku...
Bangkitlah !
Dobraklah !
Bangun dari mimpimu
Jangan terlena
Stop jadi penonton !
Pekikan Merdeka ..!
Gelorakan Semangatmu !
Selagi ada kesempatan
Ibu Pertiwi memanggilmu
Bangsa ini milikmu
Tanah Air Warisan Pahlawanmu
Untuk kesejahteraan dan kemakmuran bagi anak cucumu..
Samarinda, 15 Agustus 2020
Selamat Said Sanib
Gembok Nusantara
Pekikan
Takbir Allahu Akbar
Menggema menghentak persada Nusantara
Kepalan Merdeka...!!!
Semangat Pahlawan Bangsaku membahana
Pergilah sana mengecat langit dicanvas nyata
Sepuhlah karatan Gembok Nusantaraku dengan berlian intan permata
Jangan ada dusta apalagi airmata
Agar kembali berkilauan gemilang menerangi peradaban pelosok Negeri
Terus berkarya bagi Bangsamu
Lapangkan fikiranmu
Sedalam mata air
Seluas samudra
Setinggi rasi rasi bintang gemintang memayapada
Gelorakan semangat menghujam dada
Bagaikan api dan bara membakar keraguan ketakutan dan rasa malas bersemayam di dada
Hingga Tuhan memanggilmu pulang dari mengembara
Tanggalkan baju prestasi ketenaranmu yang kau banggakan
Berdandanlah dengan parfum kayu gaharu
Bungkuslah tubuhmu dengan potongan kain putih membalut duka asmara
Menemui Pahlawan di pusara
Berangkatlah dengan senyuman jiwa yang tenang
Jangan kau bawa api dendam angkara murka
Walau hatimu masih membekas tergores luka
Pahatlah !
Di batu nisanmu Wanita yang kau puja
Bawalah bersama Cintamu pada Tanah Air Indonesia Jaya.
Samarinda,17 Agustus 2020
Selamat Said Sanib, Lahir 18 Maret 1968 di Barong Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur, anak dari pasangan Alm.Sanib Bin Arifin ( Cilodong Jawa Barat ) dan Meidina ( Hatyei Songkla Thailand Selatan ).
Beberapa puisinya dimuat di Samarinda Pos dan situs online ambau.id. Antologi Puisi Cinta Dalam Mendidik ; Lukisan Hati Tentang Guru Budi Dan Pendidikan, Kreasi dan Literasi Indonesia Penerbit Adhi Sarana Nusantara, Mei 2018
Antologi Puisi Kitab Puisi Indonesia 1001 Cinta, 1001 Rindu.Penyusun Muhammad Thobrani,Penerbit Anom Pusaka,Pebruari 2019. Ijab Qabul Puisi Puisi Tentang ; Pendidikan, Politik, Sosial Kemanusiaan,Rumah Tanggga, Keperempuanan, Romantisme,Motivasi dan Spritualitas, Araska Jogyakarta,Maret 2019. Menikah dengan Hairiyah. Ia dikaruniai 4 anak bernama Iqbal Mursyidan, Zulva Azzahro, Gina R Sabila, dan Rahmi Zahratunnisa.