TEKS SULUH


Selasa, 05 Januari 2021

Puisi Wardjito Soeharso di Gembok 2021

 Wardjito Soeharso


Sebotol Kosong Hasrat


Aku masih mendengar dendang cinta itu

Yang biasa kau nyanyikan di senja jingga

Dalam pikiranku, mengalir seperti mimpi

Di pinggir kolam, di mana kita biasa duduk di sana

Kurengkuh pundakmu, kita banyak bicara tanpa kata

Duh, sunyi ternyata simponi terindah sebuah harapan

Ingatkah kamu malam-malam kita habiskan waktu bersama

Dari balik awan, bulan bulat cemburu mengintip dari langit

Oh, tidak. Dia justru minta kolam berikan gelombang kecil di permukaannya

Kita bicara banyak tanpa kata

Namun jantung tak henti berdentum-dentum

Membakar sekerat hasrat hangatkan temaram cahaya sang ratu malam

Kolam kecil di balik taman bunga itu

Saksi bisu kalau kita masih terus peduli untuk memberi

Seperti pasir yang tak pernah bosan menyerap air

Di tepi kolam di mana kita biasa bercengkerama, malam ini

Sambil minum sebotol anggur, kita bicara banyak tanpa kata

Meskipun begitu, kamu tetap bisa membaca jelas gerak bibirku

"Selamat Ulang Tahun ke enam puluh, sayangku!"

2020



Wardjito Soeharso


Kisah Selembar Uang Rp 1.000,-

Tadi pagi aku ke pasar

Kudatangi Mbok Penjual Buah.

Kupilih mangga yang ranum kuning kemerahan

Berapa harga sekilo, Mbok?

Murah, Pak. Rp 7.000,-

Dan aku minta tiga kilo

Kusodorkan selembar uang ratusan ribu.

Si Mbok merogoh dompet kumalnya

Diberikan kepadaku Rp 80.000,-

Lho, lebih seribu, Mbok. Aku tak punya uang ribuan


Gak papa, pak. Biarin, Rp 20.000,- saja.

Bener, Mbok? Ikhlas, ya?

Ikhlas, Pak. Matur nuwun.

Matur nuwun, Mbok

Pagi ini, aku menerima pemberian

Rp 1.000,- dari Mbok Penjual Buah

Sedekah yang ikhlas berbalut senyuman.

Alangkah indahnya!

Aku lanjutkan langkah

Menuju Simbah Penjual Telur

Tinggal tersisa satu setengah kilo

Terbagi dalam tiga bungkus plastik

Berapa harga telurnya, Mbah?

Rp 13.000,- tiap setengah kilo, Pak.

Nggih, saya ambil semua tiga bungkus.

Jadi, semua Rp 39.000,- ya, Mbah?

Kuulurkan dua lembar uang dua puluh ribuan.

Simbah mengambil uang logam seribuan

Tak usah, mbah. Yang seribu untuk simbah saja.

Alhamdulillah. Matur nuwun, Pak.

Sama-sama, Mbah.

Uang seribu rupiah

Pagi ini sudah membuat bahagia tiga orang

Mbok Penjual Buah, aku, dan Simbah Penjual Telur

Dengan segala ikhlas, uang seribu rupiah

Berganti tangan dengan menebar senyum bahagia

Membawa aura pagi terasa begitu indah.

Aku tidak tahu

Sampai di mana uang seribu rupiah itu berjalan

Dari tangan satu ke tangan lainnya

Akankah terus menebar senyum bahagia

Mengubah aura hari terus terasa begitu indah?

Selembar uang seribu rupiah

Dan aku tak pernah tahu

Dalam hitungan keberapa

Dia tadi sesaat singgah di tanganku.

Ya, selembar uang seribu rupiah saja!


Wardjito Soeharso Lelaki dengan multi status: suami, bapak, penulis, pengusaha, pelamun, pemimpi, dan masih banyak lagi. Menulis sebagai akibat dari suka membaca. Menulis puisi, naskah drama, essai ilmiah populer, dan sekarang sedang rajin menulis novel. Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang, novelnya yang baru terbit, mendapat sambutan baik dari para pembacanya. Sekarang sedang menulis novel seri keduanya.